Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola

Mudahnya Pemain Timnas Memetik Kartu Merah, Bagaimana STy?

27 Mei 2024   14:06 Diperbarui: 29 Mei 2024   09:21 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Startingeleven.id


Jelang membela Garuda menghadapi Tanzania pada laga uji coba 2 Juni. Berikutnya, laga lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 meladeni Irak dan Filipina pada pada 6 dan 11 Juni 2024, dua bek Timnas Indonesia Justin Hubner dan Pratama Arhan diganjar kartu merah saat membela klubnya pekan lalu.

Kisahnya

Justin Hubner mendapatkan kartu merah saat membela Cerezo Osaka menghadapi Ryukyu di J-League Cup 2024 di Stadion Tapic Kenso Hiyagon, Okinawa, pada Rabu (22/5/2024).

Padahal, dalam laga tersebut Justin Hubner langsung dipercaya tampil sebagai starter di posisi bek tengah. Sayangnya Hubner hanya bermain 17 menit lantaran diganjar kartu merah pada menit ke-17, lantaran menarik pemain depan Ryukyu di luar kotak penalti Cerezo Osaka saat pemain lawan memiliki peluang untuk mencetak gol. Tanpa ampun, wasit Akihiko Ikeuchi langsung mengganjar Hubner dengan kartu merah.

Setali tiga uang, hanya berselang empat hari, nasib yang sama juga menimpa Pratama Arhan yang mendapatkan kartu merah saat baru empat menit di lapangan ketika menjalani debut bersama Suwon FC di Liga Korea Selatan atau K-League 1, Minggu (26/5/2024).

Masuk sebagai pemain pengganti pada menit ke-73 menggantikan Jeong Dong Ho dan bermain di posisi bek kiri, Arhan ternyata tidak belajar dari kartu merah Hubner. Baru empat menit berada di lapangan, Arhan langsung diusir wasit karena mendapatkan kartu merah akibat melakukan pelanggaran berbahaya kepada pemain Jeju United, Rim Chang Woo.

Yang perlu diperhatikan Arhan, kartu merah ini lahir setelah wasit mendapat laporan dari wasit VAR karena Arhan
melakukan pelanggaran berbahaya.

Atas kisah kartu merah dalam waktu singkat, hanya berselang empat hari yang didapat dua bek Timnas Indonesia, harus menjadi perhatian serius Shin Tae-yong dan jajaran pelatih dan manajer Timnas.

Kartu merah yang di dapat Hubner dan Arhan, adalah bukti bahwa kedua pemain ini, selain lemah intelegensi dan personality, juga perlu di perhatikan kualitas teknik dan speednya.

Hasil dari kalah teknik dan speed, pemain yang rendah otak dan emosi, akan membela diri dengan cara "bodoh" yang akibatnya merugikan tim. Perbuatan bodoh itu pun dilakukan dengan tidak memikirkan akibat untuk dirinya sendiri.

Kedua pemain ini pun tidak belajar dari turnamen Piala Asia U-23 dan Playoff Olimpiade Paris. Struick dan Rizky Ridho, merugikan dirinya sendiri, dengan akumulasi kartu kuning dan kartu merah. Pun merugikan tim. Begitu pun Hubner, akumulasi kartu kuningnya membuat tidak dapat tampil melawan Guinea.

Sentuh otak dan hati

Ayo STy, sentuh para pemain Timnas pilihan Anda, pada otak dan hatinya, agar tidak merugikan tim, karena berbuat bodoh dan gemar mengoleksi kartu kuning dan merah.

Perilaku pemain Timnas yang sangat mudah melakukan pelanggaran, bahkan banyak pelanggaran yang tidak perlu, sejatinya, selama ini, mentradisi karena akar sepak bola kita, yang tidak memperhatikan otak dan hati. Intelegensi dan personality. Yang diperhatikan hanya skill (baca: teknik dan fisik).

Tetapi setelah STy datang, STy pun tahu bahwa sektor teknik dan fisik pemain Indonesia lemah. Kemudian STy pun menyimpulkan bahwa intelegensi dan personality pemain juga lemah.

Jadi, sejauh ini, STy baru dapat memoles teknik dan fisik, tetapi masih belum berhasil menjinakan intelegensi dan personality pemain. Meski STy sudah menorehkan prestasi bagi sepak bola dengan catatan: "luar biasa", meski karena ada bantuan "si" naturalisasi.

Ayo STy, sentuh intelegensi dan personality pemain. Jangan ada kartu kuning dan merah menjadi budaya dan tradisi yang dipetik pemain Timnas, karena otak dan hati "mereka" tidak dirawat dengan benar dan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun