Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Stop Sok Tahu, Jangan Jatuh Tiga Kali, Ada Peluang Menang Atas Guinea

8 Mei 2024   14:27 Diperbarui: 8 Mei 2024   14:52 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tetap membumi, rendah hati, maka tidak akan "seperti keledai, jatuh di lubang yang sama sampai tiga kali", sebab show off,  star syndrome,  overconfidence. Tidak mengambil hikmah dan tidak belajar dari kesalahan yang sama. Tidak instrospeksi diri.

(Supartono JW.08052024)

Terbuka peluang Timnas Indonesia U-23 menang atas Timnas Guinea U-23 dan meraih tiket Olimpiade Paris 2024 dalam laga playoff yang akan digelar pada Kamis malam (9/5/2024) di Stade Pierre Pibarot, Prancis.

Fenomena sok tahu

Sayangnya, jelang laga playoff, sebab Timnas Indonesia U-23 baru saja menorehkan sejarah di Piala Asia U-23 2024, berita tentang timnas selalu diiringi oleh berita "sok tahu" berbagai pihak di Indonesia menyoal sepak terjang Witan cs ini.

Karena banyak pihak yang nampaknya lebih sok tahu tentang timnas U-23 dengan segala taktik, strategi, komposisi pemain, pelatih, kecurangan wasit utama, wasit VAR, AFC, dan lainnya, fenomena sok tahu ini bahkan sampai menghakimi pemain. Pemain yang dihakimi pun ikutan sok tahu. Miris.

FIFA dan publik sepak bola dunia tahu, bahwa sepak bola bagi rakyat Indonesia adalah olah raga utama. Suporter sepak bola Indonesia, di tahun 2022, menempati peringkat ketiga sebagai fans paling banyak di Asia. Pemeringkatan tersebut dirilis oleh Nielsen dalam hasil survei berjudul Nielsen World Football Report 2022.

Saat itu, sesuai hasil survei, Nielsen melaporkan bahwa sebanyak 69 persen populasi di Indonesia tertarik dengan sepak bola. Indonesia berada di peringkat ketiga di belakang Vietnam dengan 75 persen dan Uni Emirat Arab (UEA) dengan 70 persen populasinya yang menyukai sepak bola. Kira-kira dalam dua tahun berselang, apakah Indonesia masih di peringkat ketiga? Sepertinya, dengan "ganas"nya netizen dalam bersikap sepanjang Piala Asia U-23 digelar, rasa-rasanya, Indonesia sudah mengalahkan Vietnam dan UEA.

Fakta ini dapat kita lihat, baca, dan tonton, saat ada topik yang memancing atau membahas kasus Witan cs dan Shin Tae-yong (STy) di ruang-ruang media sosial, media massa, dan media televisi.

Pada akhirnya, saya menyimpulkan bahwa Indonesia terkini, terkait kasus sepak bola, sedang dilanda "banjir sok tahu".

Sok tahu adalah fenomena sosial terkait perilaku manusia. Istilah "sok tahu" merujuk pada kecenderungan seseorang untuk mengklaim pengetahuan atau kebijakan tentang topik tertentu tanpa dasar yang kuat atau pengalaman yang memadai. Fenomena ini sangat memengaruhi dinamika sosial, komunikasi, dan pemahaman bersama. Mengapa seseorang menjadi "sok tahu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun