Sekali lagi, selamat dan sukses  untuk Bronto Sutopo (Ketua IKAGA) dan jajaran pengurus yang telah berhasil menyatukan kembali para alumni. Ucapan terima kasih juga terkhusus untuk Ibu Tuty yang telah memfasilitasi dengan menyiapkan tempat yang sangat relresentatif untuk Halalbihalal dan Donor Darah 2024.
Tentang halalbihalal
Sekadar mengingatkan dan meluruskan, halalbihalal merupakan tradisi asli masyarakat Indonesia yang tidak dapat ditemukan di negara-negara lain.
Dalam KBBI, Halalbihalal berarti hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan.
Banyak yang menyangka bahwa kata halalbihalal berasal dari bahasa Arab. Padahal kata halalbihalal ditulis sesuai KBBI menjadi satu kata, bukan di pisah halal bi halal atau halal bihalal, sebenarnya berasal dari kata serapan 'halal' dengan sisipan 'bi' yang berarti 'dengan' (bahasa Arab) di antara 'halal'. Â
Layak kita ketahui pula bahwa kata halalbihalal ini, dari berbagai literasi, ternyata ada sejumlah versi menyoal asal-usulnya.
(1) Versi pertama
Istilah Halalbihalal berasal dari kata 'alal behalal' dan 'halal behalal'. Kata ini masuk dalam kamus Jawa-Belanda karya Dr. Th. Pigeaud 1938. Alal behalal berarti dengan salam (datang, pergi) untuk (memohon maaf atas kesalahan kepada orang lebih tua atau orang lainnya setelah puasa (Lebaran, Tahun Baru Jawa).
Dengan demikian, halal behalal diartikan sebagai dengan salam (datang, pergi) untuk (saling memaafkan di waktu Lebaran).
(2) Versi kedua
Bermula dari pedagang martabak asal India di Taman Sriwedari Solo sekitar tahun 1935-1936. Pada saat itu, martabak tergolong makanan baru bagi masyarakat Indonesia. Pedagang martabak ini dibantu oleh pekerja primbumi dan mempromosikan dagangannya dengan kata-kata 'martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal'. Maka, sejak saat itu, istilah halalbehalal mulai populer di masyarakat Solo.