Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

1445 H (27) Waktu dan Tempat yang Benar

6 April 2024   08:13 Diperbarui: 6 April 2024   08:46 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Bila berbuat salah tidak mengaku salah. Akal-akalan dengan pembenaran apa pun, tidak akan mengubah perbuatan menjadi benar.

(Supartono JW.06042024)

Di fase 10 hari terakhir, pembebasan dari api neraka, seharusnya menjadi sangat istimewa bagi umat Muslim. Pasalnya fase ini, di setiap malamnya, selalu menjadi malam-malam favorit Rasulullah SAW.

Beliau sudah memberikan contoh bagaimana memaksimalkan hari spesial 10 malam terakhir Ramadan ini, kepada umatnya, karena di dalamnya ada Malam Lailatul Qadar. Malam yang lebih baik dari seribu bulan, penuh rahmat dan ampunan.

Pembenaran

Namun, di Indonesia, pada Jumat (5/4/2024), di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), menurut hemat saya, tetap saja ada manusia yang "ngeyel". Terus mencari pembenaran dari pelanggaran etika dan moral pemimpin negeri ini, yang sudah didengungkan diteriakan oleh para akademisi terkait Pilpres, dengan tokoh utama Presiden.

Salah satu adegan dalam proses sidang, Hakim MK ada yang menyinggung tentang, apakah sebelum tindakan terkait bansos yang digelontorkan di saat proses Pilpres, tidak ada yang mengingatkan bahwa hal itu pasti sensitif bagi rakyat?

Anak Presiden ikut kontestasi, juga ada cacat hukum. Sudah begitu, Bapaknya ikut cawe-cawe menggunakan fasilitas dari uang rakyat.

Bila yang selama ini gencar didengungkan ada penggelintoran bansos yang TSM, ternyata, setelah menterinya di panggil MK, justru menambah benderang bahwa pelanggaran etika dan moral memang dapat dianggap ada, fakta.

Selain bansos di gelontorkan menjelang hari pencoblosan, ternyata Presiden menambah dengan bagi-bagi dari dana operasional yang juga dari APBN, uang rakyat juga.

Artinya, dengan kekuasaannya, berbagai pihak  yang cuma rakyat jelata, jadi dapat membenarkan bahwa ternyata, unsur TSM memang ada. Untuk Pilpres dan mendukung salah satu pasangan, di dalamnya ada anaknya, sektor bansos dijadikan "alat". Sekarang rakyat pun tahu, Presiden juga pakai uang rakyat yang lain, untuk kepentingan Pilpres, bernama dana operasional.

Jujur, membuka mata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun