Padahal, pada umumnya, perbuatan aib seseorang terjadi karena tidak sengaja atau dalam keadaan terpaksa/terjepit/tidak ada cara lain, karena sesuatu pula, sehingga melakukan sikap dan perbuatan terkategori aib.
Terkait yang bersikap dan berbuat aib dengan sengaja, malah merawat aib. Hal itu dilakukan, tentu karena ada udang di balik batu dari menyengaja berbuat aib. Berbuat aib pun seolah menjadi lazim mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, di sekolah, tempat kuliah, tempat kerja, hingga kehidupan berbangsa dan bernegara. Perbuatan aib dilakukan  oleh rakyat jelata sampai kaum elite, dan para pemimpin di negeri ini.
Bahkan dalam kontestasi politik, perbuatan aib (baca: melakukan kecurangan, kesalahan, keliru, tercela) sampai disebut dilakukan dengan ugal-ugalan, karena terkategori aib yang direncanakan secara terstruktur, tersistem, dan masif (TSM) oleh perorangan dan kelompok di +62. Kasus aibnya malah sedang bergulir dalam proses persidangan di Mahkamah Konstitusi (MK).
Hal aib
Sejatinya, aib adalah bagian dari masa lalu setiap orang, sehingga tidak boleh disebarkan, apalagi dengan maksud menjelekkan. Sebab, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan yang kemudian disebut aib.
Tetapi, zaman ini, ada orang/pihak yang sepertinya malah sengaja dan dengan sadar, bahkan secara TSM, melakukan perbuatan aib, yang dapat dilihat dan dirasakan oleh rakyat yang cerdas pikiran dan hati. Bukan rakyat yang melawan hati nuraninya.
Â
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat An-Nur ayat 19 tentang perintah menutup aib sesama:
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.
Dikutip dari buku Para Musuh Allah: Golongan Manusia yang Menjadi Musuh Allah di Akhirat oleh Rizem Aizid dijelaskan bahwa dalam ajaran Islam wajib menutup aib sesama. Allah SWT membenci perbuatan menggunjing karena ketika bergunjing, orang biasanya akan membuka aib dengan membicarakan keburukan. Oleh karena itu, setiap muslim supaya menutup aib, baik aib diri sendiri maupun aib orang lain.
Dalam (HR. Tirmidzi) Rasulullah SAW bersabda:
"Wahai orang yang beriman dengan lisannya, tetapi tidak beriman dengan hatinya. Janganlah kamu mengumpat kaum muslimin dan janganlah membuka aib mereka. Barang siapa membuka aib saudaranya, niscaya Allah akan membuka aibnya dan siapa yang dibuka Allah akan aibnya, niscaya Allah akan menunjukkan aibnya, meskipun dirahasiakan di lubang kendaraan."
Sesusi HR. Bukhari Muslim, Rasulullah SAW juga bersabda:
"Setiap umatku dimaafkan, kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan, termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata, 'Wahai Fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu. Padahal, Allah telah menutup aibnya itu dan di pagi harinya. la membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR. Bukhari Muslim).
Sadar, perbaiki diri