Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

HTD ke-62: Menghibur, Mendidik, Membuat Manusia Rendah Hati

27 Maret 2024   21:50 Diperbarui: 27 Maret 2024   22:37 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Jean berkolaborasi dengan musisi seperti Erik Satie (Parade, 1917) dan Darius Milhaud, serta dengan pelukis ternama. Ia juga menduduki tempat penting dalam teater, antara lain The Bride of the Eiffel Tower (1924), The Human Voice (1930), The Infernal Machine (1941), The Eagle Has Two Heads (1946), Bacchus (1952). 

Bioskop juga menarik perhatian Jean Cocteau, yang menyukai sinema, film, dan skenario yang mencolok, di antaranya The Blood of a Poet (1930), The Eternal Return (1943), Beauty and the Beast (1945), Orpheus (1950), The Testament dari Orpheus (1960). Jean Cocteau terpilih sebagai anggota Akademi Perancis 3 Maret 1955.

Saya kutip dari Word-theatre-day.org, para penulis pesan di peringatan HTD sejak 1962-2023 adalah:

2023 Samiha AYOUB, Mesir
2022 Peter SELLARS, AS
2021 Helen MIRREN, Inggris Raya
2020 Shahid Nadeem, Pakistan
2019 Carlos CELDRN, Kuba
2018 Ram Gopal BAJAJ, India, Maya ZBIB, Lebanon, Simon MCBURNEY, Inggris, Sabina BERMAN, Meksiko, Werewere- Liking GNEPO, Pantai Gading
2017 Isabelle HUPPERT, Perancis
2016 Anatoly VASILIEV, Rusia
2015 Krzysztof WARLIKOWSKI, Polandia
2014 Brett BAILEY, Afrika Selatan
2013 Dario FO, Italia
2012 John MALKOVICH, AS 2011
Jessica A. KAAHWA, Uganda
2010 Judi DENCH, Inggris
2 009 Augusto BOAL, Brasil
2008 Robert LEPAGE, Kanada
2007 Sultan bin Mohammed AL QASIMI, Sharjah, UEA
2006 Victor Hugo RASCON BANDA, Meksiko 2005
Ariane MNOUCHKINE, Prancis 2004
Fathia EL ASSAL, Mesir
2003 Tankred DORST, Jerman
2002 Girish KARNAD, India
2001 Iakovos KAMPANELLIS , Yunani
2000 Michel TREMBLAY, Kanada
1999 Vigds FINNBOGADTTIR, Islandia
1998 Peringatan 50 Tahun ITI - Pesan Khusus
1997 Jeong Ok KIM, Korea Selatan
1996 Saadallah WANNOUS, Suriah
1995 Humberto ORSINI, Venezuela
1994 Vaclav HAVEL, Republik Ceko
1993 Edward ALBEE, AS
1992 Jorge LAVELLI, Argentina/Prancis - Arturo USLAR PIETRI, Venezuela
1991 Federico MAYOR, Direktur Jenderal UNESCO, Prancis
1990 Kirill LAVROV, Rusia
1989 Martin ESSLIN, Inggris Raya

1988 Peter BROOK, Inggris
1987 Antonio GALA, Spanyol
1986 Wole SOYINKA, Nigeria
1985 Andr-Louis PERINETTI, Perancis
1984 Mikhal TSAREV, Rusia
1983 Amadou Mahtar M'BOW, Direktur Jenderal UNESCO, Senegal
1982 Lars af MALMBORG, Swedia
1981 pesan nasional
1980 Janusz WARMINSKI, Polandia
1979 pesan nasional
1978 pesan nasional
1977 Radu BELIGAN, Rumania
1976 Eugne IONESCO, Rumania
1975 Ellen STEWART, AS
1974 Richard BURTON, AS
1973 Luchino VISCONTI, Italia
1972 Maurice BEJART, Prancis
1971 Pablo NERUDA, Chili
1970 Dimit ri CHOSTAKOVITCH, Rusia
1969 Peter BROOK, Inggris
1968 Miguel Angel ASTURIAS, Guatemala
1967 Hlne WEIGEL, Jerman
1966 Ren MAHEU, Direktur Jenderal UNESCO, Prancis
1965 Anonymous
1964 Laurence OLIVIER, Inggris - Jean-Louis BARRAULT, Prancis
1963 Arthur MILLER, AS
1962 Jean COCTEAU, Perancis

Makna teater bagi saya

Bila peringatan HTD sudah berlangsung selama 62 tahun, sebab saya menggeluti teater bahkan sejak masih zaman duduk di bangku SMP (1983), maka saya sudah menjadi bagian dari teater selama 41 tahun.

Begitu pentingnya teater bagi hidup saya, saya pernah menulis artikel di Majalah Teacher Guide dengan judul: "Teater adalah Istri Kedua Saya." Karena "Istri Ketiga Saya adalah Sepak Bola".

Sebagai praktisi teater (menulis naskah, menyutradarai, menjadi aktor) bahkan mendirikan Teater Remaja, Teater Dikari (1989) yang kini sudah saya ubah menjadi Teater Alir. Lalu, melanglang buana menjadi pelatih Ekstrakurikuler Teater di SMP dan SMA wilayah DKI. Aktif di Festival Teater Kampus, dll, pada akhirnya, bergabung dengan Teater Koma sejak 1993, belajar dengan Suhu N. RIANTIARNO, ternyata segala ilmu tentang politik dan humaniora saya dapatkan.

Andai Teater Koma adalah institusi formal, maka sudah berapa doktor, profesor, dan guru besar teater lahir dari sini.

Saya rasakan mendarah daging, bahwa bergelut dengan dunia teater adalah membentuk manusia yang rendah hati. Bergelut dengan dunia teater menjadikan kita tahu apa itu: sebab atau masalah, dan tahu akibat dari sebab/masalah bila dibuat konflik atau dipermasalahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun