Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

1445 H (13) Jangan Kepedean, Jangan Memanfaatkan

23 Maret 2024   10:45 Diperbarui: 23 Maret 2024   10:55 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Plus ada penjelasan, bila seseorang ingin mendapatkan kemuliaan atau ingin mulia di mata orang lain, hendaklah berani mengeluarkan uang, jangan kikir.

Sementara keji memiliki makna 'sangat rendah (kotor, tidak sopan, dan sebagainya). hina.

Dalam Al-Quran, Allah menggambarkan dua kecenderungan sifat yang berbeda dalam jiwa setiap manusia. Jika manusia sering mensucikan jiwanya dengan zikir dan amal shaleh, terbentuklah sifat kemuliaan tersebut. Namun jika manusia sering mengotorinya dengn sifat tercela, terbentuklah manusia yang nista di hadapan Allah SWT.

Kemuliaan dan Kenistaan adalah dua keadaan yang sebenarnya menjadi pilihan hidup. Setiap manusia dapat menjadi mulia, dan juga dapat menjadi nista. Karena kedua sifat yang berlawanan tersebut sudah diilhamkan Allah kepada jiwa manusia. Hingga setiap manusia memiliki peluang untuk memuliakan atau menistakan diri di hadapan Allah SWT.

Karenanya, bila seseorang melakukan sikap dan perbuatan mulia dalam kehidupan di dunia, maka akan terhindar dari perbuatan kikir dan keji,  akan selalu memiliki kesabaran. Anugerah ketaqwaan tidak akan dingkari, tetapi dijalankan sesuai perintahNya.

Orang-orang yang mulia, sudah tentu akan dekat dan senantiasa menjalin persahabatan dengan orang-orang baik. Kemudian menyadari bahwa Allah adalah cahaya hati orang-orang yang miskin.

Orang-orang yang mulia, juga akan memikul amanah dan mempertanggung jawabkannya  di hadapan Allah (QS. Al-Baqarah : 30).

Orang-orang yang mulia adalah sebagaimana: Manusia dikaruniai pembawaan mulia dan bermartabat (QS. Al-Isra' : 70).

Orang-orang yang dekat dengan Tuhan, dan menjadikan kehidupan ini lahan pengabdian (ibadah) kepada Allah SWT, akan memiliki kesadaran moral yang yang pada akhirnya membentuk manusia yang selalu berhati-hati dalam melakukan perbuatan.

Sejatinya, perbuatan keji yang merupakan simbol kerendahan dan kenistaan manusia, justru sering terjadi karena rendahnya pertahanan diri dalam merasakan kedekatan dengan Allah SWT, sebab Allah berfirman:
(1) Manusia makhluk nista dan bodoh, QS. Al-ahzab : 72.
(2) Manusia makhluk pengingkar nikmat, QS. Al-Hajj : 66.
(3) Manusia makhluk kikir, QS. Al-Isra': 100
(4) Manusia makhluk berkeluh kesah, QS. Al-Ma'arij : 19-21

Sadar dan pahami bahwa sifat kemuliaan dan kenistaan, akan selalu berseteru dalam diri manusia, pemenang dari perseteruan tersebut akan menentukan bentuk perbuatan (akhlak) manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun