Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

1445 H (10) Memanen, Berkah Merawat "Tanaman"

20 Maret 2024   00:08 Diperbarui: 20 Maret 2024   00:18 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Sebab, ibarat petani, menanam maka memetik. Perjuangan denganTSM itu adalah bagian dari menanam. Sementara tanggal 4 Februari 2024, tinggal memanen suara rakyat yang sudah dirawat, disiram, dipupuk.

Analoginya, mustahil tanaman yang ditanam, dirawat, dan dipupuk tidak menghasilkan sesuatu yang dapat dipanen. Meski bibitnya tidak unggul, tetapi karena dirawat, disiram, dan dipupuk, tetap akan hidup dan menghasilkan "buah" (baca: suara coblosan).

Dengan demikian, yang dimaksud dengan TSM itu adalah seperti petani yang merawat, menyiram, dan memupuk tanaman.

Bedanya, petani merawatnya seperti apa? Menyiramnya dengan air apa? Dan, memupuknya dengan pupuk apa? Semua modal, harus diusahakan sendiri oleh si petani. Bagaimana dengan Pemilu yang TSM? Dari mana modal untuk merawat, menyiram, dan memupuk tanaman (baca: suara rakyat)?

Dan wajib berhasil, karena tanaman (rakyat) harus dikuasai, agar tidak diambil petani lain, Paslon lain.

Kekuatan bersatu di balik layar

Atas logika dan analisis bagaimana Pilpres 2024 jangan sampai dimenangkan oleh Paslon No. Urut 1, dengan analogi tanaman yang dirawat petani, maka ada Paslon yang wajib dikorbankan dengan cara menerabas etika dan moral, agar gabungan suara Paslon 1 dan 3 tidak sampai 51 persen.

Sampai di sini sepertinya logis. Masuk akal skenario itu. Meski yang nampak dan keliatan seperti ada pengkhianat. Tetapi apakah rakyat tahu, di balik itu ada kekuatan yang bersatu di balik layar demi Paslon 1 tersingkir.

Tahukah, bila Paslon 1 sampai menang, maka akan ada "kiamat" bagi pihak yang sudah menaruh harapan dan modal. Jadi, sepertinya, ada skenario pemecah agar Paslon tetap 3. Agar suara Paslon 1 mudah digembosi dengan bantuan suara Paslon lain yang kecil.

Luar biasa bukan? Sepertinya, Pemilu (baca: Pilpres) 2024 itu hanya perjuangan bagaimana menyingkirkan atau mengalahkan Paslon 1. Mencegah Paslon 1 jangan sampai berkuasa. Karena, bila Paslon 1 sampai berkuasa, saya bilang ada kiamat bagi "mereka".

Lahan korupsi tertutup. Koruptor ditangkapi. Kasus HAM ditegakkan. Bancakan uang rakyat menjadi barang langka. Pihak-pihak yang tersangkut TSM terciduk. Sampai IKN pun bisa batal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun