Sampai di sini jelas bahwa orientasi kebaikan yang salah dan sarat kepentingan, merugikan tatanan bangsa karena nilai benar tidak lagi dianut sebagai standar. Â Nilai etika dan moral bangsa akan semakin terdegradasi sebab pemimpin meneladankan hal baik (baca: sesaat, instan, sarat kepentingan, penyelewengan) didahulukan ketimbang kebenaran.
Atas hal perbuatan baik yang benar, bukan perbuatan baik yang dasarnya salah dan sarat kepentingan, ada udang di balik batu, maka dalam momentum bulan yang penuh berkah dan ampunan ini, Ramadan 1445 Hijiriah yang masih di fase rahmat, untuk memperbaiki bangsa ini, kita wajib bersikap memilih benar dahulu, baru baik.
Tantangaannya, bila sesuatu akan membuat kita untung, artinya mendatangkan kebaikan, namun hal tersebut tidak mengandung nilai benar, apakah kita akan menolak bahkan menentang. Kita kukuh mempertahankan kebenaran, meski tidak menguntungkan?
Dalam al-Qur`an, disebutkan, "Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya" (Qs. al-Zalzalah: 7-8). Â
Doa saya, di bulan penuh berkah ini, semoga selalu kecipratan dan ketularan karakter hebat, orang-orang yang berbakat melakukan perbuatan baik yang benar, karena ikhlas dan senantiasa bersyukur atas nikmat yang dilimpahkanNya. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H