Apa bedanya dengan penentuan awal Ramadan? Yang satu sudah mengunci 11 Maret. Yang satunya (pemerintah) sudah mengunci 12 Maret.
Rasa-rasanya lagi, di awal Ramadan 1445 Hijriah ini, saya sebagai rakyat jelata, semakin dapat membaca bahwa, ternyata, di negeri ini, Â sudah ada yang kelewat batas. Memposisikan diri seolah menjadi Tuhan. Dengan membuat keputusan subyektif, membuat keniscayaan awal bulan Ramadan. Membuat keniscayaan, siapa yang harus menang dalam Pemilu, karena ada kepentingan dan keuntungan di baliknya. Keduanya, bersembunyi di balik perbedaan.
Sesuai firman Allah dalam Al-Quran Surat al-Hujurat ayat 13, terjemahannya:
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti".
Dari ayat tersebut, di antaranya dapat ditafsirkan bahwa perbedaan diciptakan Allah agar manusia saling mengenal. Kemudian bertaqwa hingga dapat menjadi manusia yang mulia. Mementingkan kemaslahatan bersama umat, rakyat, bangsa, dan negara.
Bukan memanfaatkan "perbedaan", lalu menjadi Tuhan, membuat keniscayaan. Menentukan awal Ramadan dengan masing-masing versinya. Dianggap mengunci perolehan suara hasil Pemilu, karena kepentingan dan keuntungan untuk pemodalnya, dinastinya, oligarkinya, dll.
Sampai kapan, perbedaan, akan dijadikan senjata demi kepentingan-kepentingan. Sampai kapan di negeri ini ada pihak yang selalu leluasa membuat keniscayaan?
Untuk umat muslim, mana awal Ramadan yang kalian ikuti? Ikutilah akal sehat sesuai ajaran kalian yang menyentuh hati dan keyakinan kalian masing-masing. Karena faktanya, awal Ramadan di Indonesia sudah dibuat berbeda. Allah maha mengetahui.
Selamat menjalankan Ibadah Ramadan 1445 Hijriah. Mohon maaf lahir batin.