Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

1445 H (1): Memahami Perbedaan dan Keniscayaan

11 Maret 2024   10:54 Diperbarui: 11 Maret 2024   12:36 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Namun demikian, dalam ajaran Islam yang benar, Islam sangat menjunjung tinggi peran akal, menghormati perbedaan pendapat yang bermanfaat, perbedaan yang berorientasi pada kebenaran. Seorang muslim dan setiap manusia  diperintahkan untuk selalu memiliki pandangan yang baik terhadap apapun yang berbeda dengan saya, kita. Sehingga kita memandang perbedaan itu sebagai anugerah dan jangan sampai memandangnya sebuah masalah.

Jangan pula perbedaan dilandasi oleh subjektivitas individu/kelompok/golongan secara berlebihan, secara ugal-ugalan. Perilaku merasa paling benar, tentu dampaknya buruk bagi dirinya dan juga lingkungan. Bila hal itu yang terjadi, maka taruhannya adalah perpecahan, disintegrasi bangsa, dll.

Manusia membuat niscaya?

Sampai pada latar belakang dan identifikasi tentang perbedaan dan kenisyasaan tersebut, coba kita refelksi lagi. Mengapa dalam penentuan awal Ramadan, ada dua pihak di negeri ini, yang memiliki kekuasaan seperti Tuhan? Membuat keniscayaan kapan awal bulan Ramadan dengan versinya masing-masing. Meski di luar negeri juga ada yang berlaku sama?

Yang satu, sudah membuat keniscayaan dengan berbagai alasannya, awal Ramadan di +62 Senin (11/3/2024). Yang satu memastikan awal Ramadan Selasa (12/3/2024). Parahnya, bila yang membuat keniscayaan awal Ramadan Senin (11/3/2024) hanyalah pihak yang saya sebut sebagi oposisi pemerintah. Tetapi, yang memmbuat keniscayaan awal Ramadan Selasa (12/3/2024) adalah pihak pendukung pemerintah dan pemerintah itu sendiri.

Mana yang pada akhirnya diikuti oleh rakyat negeri ini? Rakyat yang malas berpikir dan belum "terdidik" maka, akan patuh pada aturan dan menurut hal yang ditentukan pemerintah.

Mirisnya, perbedaan awal Ramadan yang sudah jauh hari menggaung di seantero negeri ini, pada akhirnya benar. Bahwa, pemerintah dengan dukungan salah satu pihak, tetap membuat keputusan yang niscaya, awal Ramadannya berbeda dengan pihak yang satunya.

Rasa-rasanya, bila digeneralisasi bagaimana pemerintah menentukan awal Ramadan 1445 Hijriah yang harus Selasa (12/3/2024), sepertinya sama dengan bagaimana pemerintah mengunci awal Ramadan di tahun-tahun sebelumnya. Meski tetap dengan adanya dasar-dasar argumen dan fakta secara aturan agama dan ilmiah.

Instilah mengunci ini, rasa-rasanya, juga sama dengan kejadian penghitungan hasil Pemilu (Pilpres dan Pileg), yang kebetulan terjadi, dan begitu dahsat menjadi perbincangan berbagai pihak dan rakyat. Rakyat yang membicarakan pun sudah dikunci.

Sejak rakyat selesai mencoblos di TPS, begitu hasil penghitungan suara lembaga survei di publikasikan, hingga detik ini, artikel saya tulis, perolehan suara hasil Pilpres dan Pileg, sudah dikunci, tidak bergerak. Hanya dikisaran angka itu-itu saja.

Logikanya, perolehan suara yang diinput, tentu akan ada angka yang fluktuatif, naik-turun. Tapi mengapa angkanya tidak fluktuatif, seperti sudah dikunci. Atau memang benar sudah dikunci. Karena pesanan pemenang Pilpres dan Pileg memang skenarionya harus seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun