Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencari Berkah, Hidup Wajar Tanpa Topeng

26 Februari 2024   18:53 Diperbarui: 26 Februari 2024   18:53 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

(10) Apakah sekarang saya sudah menjadi orang yang: Hari ini makan apa? Hari ini makan di mana? Hari ini makan siapa? Atau masih menjadi orang yang: Hari ini bisa makan atau tidak?

Masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang sejenis, ada kaitannya dengan istilah topeng. Karena, di masa sulit seperti sekarang, sementara akibat Pilpres 2024 saja, rakyat yang sudah terdidik tahu persis, banyak praktik kepentingan yang menggunakan topeng-topeng, meski mukanya tidak memakai topeng.

Dapat dibayangkan, bagaimana rakyat yang masih belum terdidik tidak akan tergerak pikiran dan hati untuk "suka", bila seorang pemimpin negeri saja, kini di depan mata rakyatnya sudah mengabaikan norma (baca: aturan maupun ketentuan yang sifatnya mengikat suatu kelompok orang di dalam masyarakat), di dalamnya ada etika dan moral?

Sementara, selama ini, meski +62 telah merdeka, bahkan mau 69 tahun lepas dari penjajah kolonialisme, nyatanya lebih dari 60 hingga 70 persen (dari berbagai literasi) rakyat Indonesia tetap merasakan tindakan dijajah. Masih bergelimang kebodohan, kemiskinan, dan penderitaan.

Ini semua terjadi, satu di antara sebabnya, selain karena masih begitu banyak manusia Indonesia yang sikap, perbuatan, kegiatan, hingga pekerjaan dan lainnya, yang ditekuni, jalani, sesuai (10) pertanyaan. Yaitu hanya memikirkan diri sendiri (baca: dinasti, keluarga, kelompok, golongan, oligarki).

Hebatnya lagi, dengan kecerdasan IQ dan EQ yang "mereka" miliki dan dapatkan, justru digunakan untuk hal yang mudarat dan tidak amanah. Menggunakan topeng-topeng kebaikan, yang kebaikan itu hanya dapat dilihat oleh rakyat yang masih bodoh, karena tidak tahu bahwa semuanya adalah bagian dari topeng.

Sesuai KBBI, makna (3) Memikirkan artinya mementingkan dan mengutamakan diri. Topeng sesuai makan (2) adalah  kepura-puraan untuk menutupi maksud sebenarnya, kedok.

Ilustrasi Supartono JW
Ilustrasi Supartono JW
Sejatinya, kejahatan yang terstruktur, tersistem, dan masif, tidak sulit untuk diidentifikasi karena dapat dilihat dan dirasakan. Tetapi, selalu akan sulit dilawan/dikalahkan, karena   terstruktur, tersistem, dan masifnya itu.

(Supartono JW.26022024)

Tetapi, jangan hanya berpikir, kejahatan terstruktur, tersistem, dan masif, terjadi hanya dalam kasus Pilpres 2024, ya?

Waspada dan sadari sebelum terlambat, di sekeliling kita ada lho, yang jangan-jangan sedang merencanakan perbuatan jahat yang terstruktur, tersistem, dan masih untuk menyingkirkan kita dari barisan "mereka". Sebab, bisa jadi, kita akan membahayakan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun