tidak terkecuali, di setiap jiwa manusia, tentu bersemayam sifat sombong ini. Kadar sombong ini, besar kecilnya, tergantung kepada manusianya, sesuai dengan jalur dan proses kehidupan yang telah dijalani.
Sombong, adalah sifat yang dapat dilihat dalam sikap, perbuatan, dan tindakan seseorang. Sudah ada sejak manusia ada di bumi dan akan tetap ada sepanjang alam kehidupan di dunai masih bergulir.Secara kodrat,Agar tidak sombong
Selalu bersyukur dan ingat bahwa apa yang sudah saya, kita, dapatkan/capai/peroleh hingga berhasil/sukses, adalah bukan hanya hasil dari upaya, ikhtiar, dan perjuangan dari kekuatan kaki, tangan, pikiran, dan hati diri kita sendiri. Tetapi hasil dari dukungan dan perjuangan orang lain/pihak lain, dengan seizin Tuhan.
(Supartono JW.09022024)
Tahu berterima kasih, tahu membalas budi, tahu dari mana awalnya/asalnya, membuktikan diri saya/kita, manusia yang cerdas IQ & EQ. Bukan sebaliknya, berbuat, bersikap, bertindak: sombong.
(Supartono JW: 09022024)
Sombong adalah menghargai diri secara berlebihan, congkak, pongah. Congkak, merasa dan bertindak dengan memperlihatkan diri sangat mulia, sombong, pongah, angkuh.
Pongah maknanya sangat sombong atau angkuh (baik perbuatan maupun perkataan), congkak. Angkuh artinya sifat suka memandang rendah kepada orang lain, tinggi hati, sombong, congkak.
Semoga, saya, kita, tergolong orang yang selalu dapat menghindarkan diri dari sifat dan karakter sombong, congkak, pongah, dan angkuh. Sebab, hidup tidak bisa sendiri. Selalu ada andil orang lain/pihak lain.
Apa yang saya, kita, dapatkan/capai/peroleh hingga berhasil/sukses, adalah bukan hanya hasil dari upaya, ikhtiar, dan perjuangan dari kekuatan kaki, tangan, pikiran, dan hati diri kita sendiri. Tetapi hasil dari dukungan dan perjuangan orang lain/pihak lain, dengan seizin Tuhan. Jadi, mengapa harus sombong?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H