Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masih Ada Waktu untuk Berakal Sehat

6 Februari 2024   10:06 Diperbarui: 6 Februari 2024   10:34 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ironisnya, tetap ada kampus yang justru bersikap lain. Kampus dan akademisi yang bersikap lain ini, tentu di dalamnya sudah tertanam skenario dan drama, yang rakyat jelata pun tahu kisahnya.

Terdidik dengan benar dan baik

Fenomena akademisi turun gunung menjelang kick off Pilpres akibat perbuatan dan sikap menyimpang Presiden, ini mencerminkan bahwa manusia-manusia yang sudah terdidik dengan benar dan baik, cerdas otak dan hati, dapat berpikir dengan akal sehat karena hasil didikan dan pondasi religiusnya, maka membuat petisi itu.

Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah. Jadi, fenomena para akademisi turun gunung ini, sewajibnya diikuti oleh seluruh rakyat jelata seluruh Indonesia.

Bila sudah terdidik dengan benar dan baik, kuat dalam iman (agama), maka akan menggunakan akal sehatnya, kecerdasan otak dan hatinya, ikut menyelamatkan bangsa dan negara ini, caranya dengan memilih Capres-Cawapres yang tidak akan membahayakan bangsa dan negara. Tidak menambah penderitaan dan kemiskinan rakyat

Fakta-fakta melalui perbuatan dan sikap yang sudah sama-sama kita lihat dan rasakan dari semua calon Capres-Cawapres dan siapa barisan pendukung dan cukongnya, sesuai proses demokrasi yang skenarionya dibuat KPU, tentu hati nurani kita, seharusnya tidak digadaikan oleh perbuatan yang menghibur penderitaan dan kemiskinan yang semu.

Semu, karena hanya dilakukan saat mereka membutuhkan suara Anda-Anda, seluruh rakyat jelata, yaitu saat ini. Saat menjelang pencoblosan 14 Februari 2024. Bahkan sangat semu, karena perbuatan yang saya sebut sekadar menghibur itu, justru menggunakan apa yang sudah diberikan oleh rakyat. Seolah "mereka" berbagi  dan membantu rakyat. Padahal rakyat menerima sesuatu dari uang rakyat juga.

Semoga, saya dan kita semua, senantiasa menjadi orang yang terdidik, dilandasi iman yang kuat, maka akan selalu dapat mengendalikan dan sadar diri dengan kecerdasan otak dan hati. Sehingga dapat berbuat dan bersikap dengan akal sehat.  

Dapat memilih Capres-Cawapres sampai wakil rakyat yang benar-benar sesuai kriteria, dapat amanah, serta benar dibutuhkan oleh rakyat, bangsa, dan negara ini, hingga mengentaskan pendidikan yang terus tercecer, mengentaskan penderitaan dan kemiskinan rakyat Indonesia yang berkepanjangan.

Mari gunakan waktu yang sedikit lagi tersisa, untuk membuat diri kita semua, khususnya rakyat Indonesia yang sudah memiliki hak memilih, untuk benar-benar dalam posisi jiwa dan raganya benar-benar dalam akal sehat saat mencoblos pilihan.

Lupakan dulu, persoalan skenario dan sandiwara Pilpres yang sejatinya sudah TERBACA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun