Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia Membutuhkan Keteladanan Pemimpin Berkarakter Semar atau Pandawa

25 Januari 2024   14:34 Diperbarui: 25 Januari 2024   14:43 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Supartono JW.

Spiritualnya, Semar memiliki mental matang, terlihat dari wataknya yang sederhana, tenang, rendah hati, tulus, tidak munafik, tidak pernah terlalu sedih tetapi juga tidak pernah terlalu gembira.

Memiliki sifat yang tidak kagetan dan gumunan, sifatnya seperti air tenang namun menghanyutkan, namun dibalik sifat tenangnya tersebut, terdapat kejeniusan, ketajaman batin, kekayaan pengalaman hidup, dan ilmu pengetahuan.

Sosoknya digambarkan berwatak rembulan. Wajah pucatnya mengekspresikan bahwa dia tidak pernah mengumbar nafsu, dia juga mendapat sebutan sebagai semareka den prayitna semare, yang artinya menidurkan diri. Menidurkan diri maksudnya adalah batinnya selalu awas, sedangkan panca inderanya ditidurkan dari gejolak nafsu negatif. Yang paling penting adalah, Semar selalu meminta restu dari Tuhan.

Dalam filosofi Jawa, Semar disebut sebagai Badranaya, yang terdiri dari kata Bebadra yang artinya membangun sarana dari awal, sedangkan Naya artinya utusan mangrasul. Secara sederhana, Badranaya berarti membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia di muka bumi. Semar juga digambarkan sebagai simbolisasi nilai-nilai ideal untuk dijadikan pandangan hidup bagi manusia. Menyoal simbolisasi nilai-nilai ideal itu, belum saya ungkap dalam artikel ini.

Kembali pada hal tentang pemimpin kita, terlepas dari sudut pandang pembenaran apa  pun karena demi kepentingan mana pun dan bagaimana pun, bahkan rakyat jelata yang belum berpendidikan pun, dapat menilai, pemimpin negeri ini "mungkin" sedang dalam kondisi "sadar" atau "tidak menyadari" atas sikap dan perbuatannya yang menciderai budi pekerti.

Budi pekerti adalah tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Kira-kira, bagaimana budi pekerti para pemimpin Indonesia sekarang dan calon pemimpin baru Indonesia mendatang, yang kini semuanya sedang naik panggung drama kepemimpinan di +62?

Siapakah para pemimpin sekarang yang karakternya seperti Semar atau minimal seperti Pandawa? Siapa yang karakternya seperti Kurawa?

Siapakah calon pemimpin baru yang karakternya seperti Semar atau minimal seperti Pandawa? Siapa yang karakternya seperti Kurawa?

Mari, jadilah rakyat jelata yang cerdas IQ dan EQ. Mewarisi dan meneladani karakter Semar dan Pandawa, sehingga dapat membantu Indonesia lepas dari penjajahan seutuhnya, sebab masih dijajah oleh anak-anak dari negeri sendiri yang karkaternya Kurawa, dengan memilih calon pemimpin yang tidak bermental penjajah dan berkarakter Kurawa. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun