Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Agar Tulisan Berharga dan Dihargai

2 Januari 2024   21:28 Diperbarui: 2 Januari 2024   22:18 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis untuk berbagi di media, cetak atau online, maka lebih afdol, setiap penulis hendaknya pernah memiliki pengalaman, tulisannya sudah pernah ditayangkan di media cetak atau online yang pakai sistem seleksi, kurasi, moderasi, dan berbayar.(Supartono JW.02012024)

Bagi yang baru belajar menulis, upayakan, tulisannya (opini, artikel, puisi, dll) di kirim ke media cetak yang masih menyediakan ruang atau kolom bagi penulis lepas. Atau upayakan, kirim ke media online yang aturan penayangannya sama dengan media cetak. Melalui proses kurasi dan moderasi.

Bila sampai tulisan berhasil ditayangkan, artinya tulisan "berharga" dan "dihargai".

Berharga? Dihargai?

Siapa pun yang pernah "menulis" lepas, dan ditayangkan di media cetak, artinya tulisannnya sudah "berharga" dan "dihargai". Berharga, karena sebelum laik tayang, tulisan sudah melalui proses seleksi, kurasi, dan moderasi oleh redaktur, sesuai kondisi dan aktualisasi, sesuai kebutuhan, menjadi prioritas, dan sesuai dengan visi, misi, tujuan serta karakter media cetak bersangkutan.

Pada akhirnya, masyarakat pun mengenal istilah kolumnis, praktisi, pengamat, dll, yang disematkan oleh redaktur sebuah media, karena penulis bersangkutan, pada akhirnya menjadi pengisi kolom tetap di salah satu ruang/rubrik, sesuai kompetensinya.

Sebutan praktisi, kolumnis, atau pengamat, bukan gaya-gaya-annya si penulis. Tetapi layaknya siswa/mahasiswa mendapat ijazah karena sudah melalui proses pendidikan sekolah/kuliah.

Sebutan praktisi, kolumnis, atau pengamat, adalah penghargaan/ijazah dari redaksi media, karena kualitas, kompetensi, konsistensi penulis, menulis di ruang yang sama.

Sementara maksud dihargai adalah penulis mendapat ongkos/honor dari tulisannya. Tetapi penghargaan dengan sematan, sebutan sebagai praktisi, kolumnis, atau pengamat, adalah hal yang tidak dapat dibeli.

Seleksi dan tanpa seleksi

Sejak hadirnya media online, perlahan dan pasti, model penayangan sebuah tulisan terbagi dua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun