Sementara ada pandangan yang menyebut literasi sebagai kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Diartikan juga sebagai penggunaan huruf untuk merepresentasikan bunyi atau kata.
Sementara menurut kamus online Merriam-Webster dilansir dari laman resmi LMS-SPADA Kemdikbud RI, arti literasi berasal dari istilah latin 'literature' dan bahasa inggris 'letter'. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya "kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar).
Namun, yang lebih familiar, pengertian literasi yang kini banyak dipahami masyarakat sesuai wikipedia adalah literasi atau kemelekan yaitu istilah umum yang merujuk kepada serangkaian kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaannya, apakah masyarakat kita sudah cakap literasi yang demikian?
Sesuai kondisi masyarakat kita terkini, terutama dalam perikehidupan di medsos, sepertinya sudah mendapatkan ilmu literasi baru. Budayanya, sekadar membaca judul, sudah membuat seseorang seolah tahu tentang isi sebuah bacaan/tontonan seperti buku, karya tulis/ilmiah/sastra, artikel, opini, berita, informasi, pengumuman, film, pertunjukan, iklan dll.
Entah menggunakan teori dan Ilmu dari mana. Seolah langsung dapat paham identifikasi masalah, latar belakang masalah, tujuan, sasaran, pembahasan, hingga kesimpulannya. Lalu, bisa memberikan komentar, berargumemtasi, dan berdebat.
Apakah masyarakat yang terbudaya hanya membaca judul, pernah menyimak atau membaca hal literasi dari laman resmi Dirjen PAUD Kemdikbud RI? Ada 6 jenis literasi, yaitu
Pertama, literasi baca tulis. Adalah kecakapan untuk memahami isi teks tertulis, baik yang tersirat maupun yang tersurat, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri.
Literasi inilah yang kini sangat memprihatinkan di Indonesia, sebab, hadirnya medsos membuat masyarakat yang sudah terdidik dan belum terdidik sangat terbudaya sekadar membaca judul.
Bagaimana mungkin, hanya dengan membaca judul akan berkembang pengetahuan dan potensi dirinya? Yang ada, dunia menjadi penuh sesak dengan orang-orang yang sok tahu.
Kedua, literasi numerasi, yaitu
kecakapan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terikat dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari.
Apakah hanya dengan membaca judul, kompetensi seseorang dalam literasi numerasi dapat tercapai?