Kelompok dan pendukungnya malah bangga, dan menyebut Cawapresnya menjadi man of the match, mencoba berbahasa asing, tapi gagal. Selama ini pendiam, tapi mampu membalikkan keadaan.
Ada Cawapres yang nampak polos. Ada Cawapres yang nampak tidak tega menghadapi lawannya.
Ini debat Cawapres. Calon pemimpin bangsa. Tapi yang dilihat rakyat adalah debat kelas  cerdas cermat. Sangat menonjolkan ego dan perasaan. Tidak nampak kompetensi profesional pada permasalah debat. Tidak nampak kepribadian, tingkat sosial, dan lainnya yang diharapkan sebagai calon pemimpin.
Saya simpulkan, rapor ketiga Cawapres belum menunjukkan  kualitas kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosionalnya (EQ). Pun belum dapat memberikan penawaran mau dibawa ke mana masalah ekonomi Indonesia secara cerdas.Â
Debat Cawapres belum sesuai harapan rakyat. Belum dapat dijadikan pembelajaran dan pendidikan bagi rakyat karena belum mencerminkan manusia Indonesia yang cerdas IQ dan EQ. Debat juga gagal menjadi kado manis di peringatan Hari Ibu ke-64. Sebab, tetap ada adegan arogan yang disuguhkan, mendeskripkan ada attitude calon pemimpin yang lemah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI