Simaklah sekali lagi! Skor membaca PISA 2022 turun 12 poin menjadi 359 dari tahun 2018 dengan skor 371. Padahal, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2024, target skor membaca 392. Matematika turun 13 poin turun jadi 366 dari sebelumnya 379, sedangkan di RPJMN 2024 targetnya 388. Adapun skor sains turun 13 poin menjadi 383 dari sebelumnya 396 padahal target RPJNM skor sains 402.
Bahkan, dalam rancangan teknokratik untuk target PISA Indonesia pada RPJMN 2025-2029, skor yang ditetapkan lebih tinggi lagi. Skor membaca 409 dan matematika 419.
Sekali lagi, terkait pengukuran PISA Indonesia, di RPJMN targetnya bukan peringkat, melainkan skor.
Sementara, PISA yang dilakukan OECD tersebut sudah memasuki siklus kedelapan guna menentukan apa yang penting untuk diketahui dan dapat dilakukan oleh warga negara.
PISA menilai sejauh mana siswa berusia 15 tahun menjelang akhir wajib belajarnya telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk partisipasi penuh dalam masyarakat modern.
Kemudian, hasil (PISA) setiap tiga tahun untuk pelajar berusia 15 tahun menguji pengetahuan dan kemampuan di bidang membaca, matematika, dan sains. Survei PISA 2022 fokus pada matematika dan kemahiran dalam bidang inovatif, yakni berpikir kreatif.
Selain itu, penilaian PISA tidak hanya memastikan siswa dapat mereproduksi pengetahuan, tetapi juga memeriksa seberapa baik siswa mengekstrapolasi apa yang mereka pelajari dan dapat menerapkan pengetahuan itu di dalam dan luar sekolah.
Pendekatan ini mencerminkan fakta bahwa perekonomian modern memberikan penghargaan kepada individu bukan karena apa yang mereka ketahui, tetapi apa yang bisa mereka lakukan dengan apa yang mereka ketahui.
Tolong dicamkan! Hasil PISA 2022, Negara-negara maju yang sistem pendidikannya benar dan baik pun mengalami penurunan, tetapi kemampuan para siswa masih di atas rata-rata global.
Misalnya Finlandia. Kemampuan membaca turun 30 poin, atau lebih dari dua kali lipat dari penurunan siswa Indonesia. Namun, mereka tetap di atas rata-rata skor OECD (476), yakni menjadi 490 dari sebelumnya skor 520.
Bagaimana Indonesia? Dari 2018 ke 2022, semakin jauh dari  skor rata-rata global atau skor OECD?