Jujur saya prihatin akan adanya narasi yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang justru sekadar mencari pembenaran, justru dapat menyesatkan, karena penurunan skor diabaikan dan bersembunyi di balik peringkat.
Sehingga, Â seolah-olah terjadi peningkatan signifikan. Padahal, faktanya terjadi penurunan skor PISA Indonesia.
Apakah Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi lupa?
Sudah dikutip oleh berbagai media nasional, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2024, target skor membaca 392. Matematika turun 13 poin turun jadi 366 dari sebelumnya 379, sedangkan di RPJMN 2024 targetnya 388. Adapun skor sains turun 13 poin menjadi 383 dari sebelumnya 396 padahal target RPJNM skor sains 402.
Bahkan, dalam rancangan teknokratik untuk target PISA Indonesia pada RPJMN 2025-2029, skor yang ditetapkan lebih tinggi lagi. Skor membaca 409 dan matematika 419.
Mengapa penurunan skor diabaikan? Sangat jelas, pengukuran PISA Indonesia, di RPJMN targetnya bukan peringkat, melainkan skor. Faktanya di 2022, skor Indonesia turun, bahkan semakin menjauh di bawah rata-rata global.
Catat! Pada 2022, PISA diikuti oleh 81 negara. Skor Indonesia di bidang matematika 366 (rata-rata global 472), di bidang literasi 359 (rata-rata global 476), dan di bidang sains 383 (rata-rata global 485).
Jika melihat pencapaian skor PISA Indonesia sejak ikut pertama kali tahun 2000 hingga 2022, skor PISA 2022 termasuk terendah, terutama di membaca (359), pernah terendah di tahun 2000 dan 2018 (371). Demikian juga skor matematika (366), pernah terendah tahun 2022 (360). Adapun untuk sains (383) relatif stabil.
Penurunan skor PISA Indonesia tahun 2022 ini, mencerminkan krisis pembelajaran di Indonesia parah dan harus diatasi secara serius dan berkelanjutan.
Karena itu, pemerintah jangan membuat narasi seolah-olah kondisi pembelajaran relatif baik karena penurunan skor di bawah rata-rata internasional dan ada kenaikan peringkat.