Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tradisikan, Budayakan, Mengingat dan Mencatat Kebaikan Orang Lain

10 Desember 2023   22:28 Diperbarui: 10 Desember 2023   23:40 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Ingatlah selalu kebaikan orang lain. Meski kebaikan itu hanya sekadar senyum, tegur sapa, masukan, dan nasihat. Apalagi bila sudah dalam bentuk bantuan, pertolongan, bimbingan, tuntunan, pendidikan, sampai dalam bentuk pinjaman, dll. Sadarkah kita, karena kebaikan-kebaikan itu, membuat diri kita dapat berdiri dan survive dalam kehidupan ini? 

(Supartono JW.10122023)

Bersyukur dan berterima kasihlah kepadaNya dan mereka-mereka atas kebaikan-kebaikan yang telah dicurahkan. Bukan sebaliknya, malah menghitung-hitung kebaikan-kebaikan kita untuk orang lain, yang artinya tidak ikhlas.

(Supartono JW.10122023)

Orang-orang yang terdidik, cerdas intelegensi dan personality, tentu akan kaya pikiran dan kaya hati. Pandai bersyukur serta rendah hati.

Karenanya yang ada di dalam pikiran dan hatinya akan selalu mengingat kebaikan orang lain. Bukan sebaliknya mengingat kebaikan dirinya untuk orang lain.

Bila selama ini ungkapan "belajar di waktu kecil bagaikan melukis di atas batu, sedangkan belajar sesudah besar bagai melukis di atas air"  maknanya usia dini adalah masa keemasan seseorang untuk mempelajari dan menghafal segala hal, maka terkait mengingat kebaikan orang lain, dapat meminjam ungkapan tersebut menjadi:

"Segala kebaikan yang kita dapat dari orang lain, tulislah di atas batu. Segala kebaikan yang kita berikan untuk orang lain, tulislah di atas air.

Itu adalah paradigma yang wajib  kita tancapkan dalam pikiran dan hati kita agar dalam kehidupan ini, lebih fokus mengingat kebaikan orang lain, dari pada mengingat kebaikan diri kita kepada orang lain.

Lalu, kita jadi berhitung dan berharap orang yang telah kita bagi kebaikan menjadi orang yang tahu diri. Tahu berterima kasih. Tahu membalas budi.

Apakah dengan berhitung dan berharap atas kebaikan yang telah kita lakukan, akan berbalas menjadi pahala dan menjadi berkah bagi kita?

Jadikan budaya, tradisi

Seandainya, paradigma mengingat kebaikan orang lain, menjadi budaya dan tradisi dalam kehidupan ini, mulai dari lingkup rakyat jelata hingga pemimpin/elite negeri, maka betapa tentram dan nyamannya kehidupan mulai dari lingkungan keluarga (suadara, sahabat, teman), kerja, partai, parlemen, sampai pemerintahan di negeri ini.

Hentikan mengeluh karena orang yang telah kita bantu kita anggap tidak tahu berterima kasih, seperti kacang lupa kulitnya, tidak tahu diri, lupa daratan atau dengan bahasa-bahasa sindiran lainnya, tetapi  kita sendiri tidak pernah menyadari sering melupakan jasa dan kebaikan orang lain kepada kita.

Sadari bahwa jasa, kebaikan, bantuan, dan pemberian yang terbaik adalah berdasarkan ketulusan tanpa pamrih.

Sekali lagi, ingatlah selalu kebaikan orang lain. Meski kebaikan itu hanya sekadar senyum, tegur sapa, masukan, dan nasihat. Apalagi bila sudah dalam bentuk bantuan, pertolongan, bimbingan, tuntunan, pendidikan, sampai dalam bentuk pinjaman, dll. Sadarkah kita, karena kebaikan-kebaikan itu, membuat diri kita dapat berdiri dan survive dalam kehidupan ini? 

Selalu bersyukur dan berterima kasihlah kepadaNya dan mereka-mereka atas kebaikan-kebaikan yang telah dicurahkan. Bukan sebaliknya, malah menghitung-hitung kebaikan-kebaikan kita untuk orang lain, yang artinya tidak ikhlas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun