Siapa pun yang terjangkit red flag atau toxic, salah satu ciri yang mudah dicermati adalah bersikap, bertindak, berbuat, dan berperilaku egois, individualis, mementingkan diri sendiri. Mirisnya, karena sebab masih miskin pikiran dan miskin hati, banyak orang tidak menyadari kalau dirinya egois dan individualis dalam berinteraksi atau berhubungan dengan siapa pun, kapan pun, di mana pun, dalam konteks apa pun. Selalu mau menang sendiri, mau enak sendiri, maunya  mendominasi, tidak peduli, tidak punya simpati-empati, tidak tahu diri, tidak tahu berterima kasih, tidak tahu membalas budi. Parahnya, tidak pernah mau instrospeksi dan merefleksi diri. Tidak pernah mengucapkan meminta maaf, meski pun telah membuat masalah dan membuat kesalahan, tidak bertanggung jawab.
Yah, orang-orang yang terjangkit red fleg dan toxic akan selalu maunya dimengerti, tetapi tidak mau mengerti. Tidak mau mengikuti aturan. Tidak bertanggung jawab. Maunya menentukan. Bertindak tanpa berpikir kemampuan dan perasaan orang lain. Maunya dituruti.
Sekali lagi, drama tentang orang-orang yang maunya dimengerti alias orang-orang yang egois, individualis, terus terjadi di negeri ini. Dari lapisan rakyat jelata, sampai pemimpin negeri, terus berkolaborasi membikin polusi degradasi moral, terlebih di musim politik sekarang. Perbuatan yang maunya dimengerti bahkan tidak kenal musim. Padahal saat musim hujan, mustahil akan ada kasus kekeringan. Saat musim kemarau, mana mungkin ada banjir? Tetapi mengapa di negeri ini selalu kekeringan akan orang-orang yang rendah hati? Mengapa di negeri ini selalu banjir orang-orang yang maunya dimengerti?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H