Mas Bima, itu penyakit orang Indonesia. Nama masuk berita di media massa itu sudah sesuatu. Sudah bisa bikin heboh. Tetapi kualitas dan kompetensi tidak signifikan dengan standar tinggi yang Bima harapkan.
Karenanya, jangan buang waktu, dari hasil TC selama ini, maka saat meladeni Khasima, jangan dibiarkan anak-anak main tanpa arah. Tetap harus ada strategi. Juga prioritaskan menurunkan kerangka tim yang sementara sudah tergambar akan menjadi kerangka utama. Meski masih ada perjalanan proses lagi.
Tunjukkan tim mulai punya karakter. Misal bermain bertahan karena lawan mungkin bukan levelnya. Tetapi saat menyerang balik, jelas arahnya.Â
Sekali lagi, meski tim masih dalam proses yang jauh. Sebab yang akan dihadapi adalah Piala Dunia, maka sigap menentukan pilihan, itu lebih baik. Dari pada membuang waktu, biaya, dan tenaga, hanya demi mengakomodir pemain yang tidak layak. Tapi harus bertanggungjawab memberi kesempatan bermain. Karena sudah memanggil mereka ke TC timnas.
Coba, melawan Khasima, minimal tim bisa menahan imbang. Tidak kebobolan. Hasil itu tentu akan lebih baik bagi semuanya. Bagi timnas. Bagi Bima. Bagi Indonesia.
Bentuk mental dan karakter pemain menjadi pemenang dalam setiap laga, walau pun tajuk laga sekadar uji coba. Karena ini bicara timnas.
Menyadari bahwa meski pun nantinya Timnas Indonesia U-17 pada akhirnya terbentuk dan berlaga di Piala Dunia tetap jauh dari level lawan-lawannya, maka mental dan karakter menjadi pemenang sudah mendarah daging meski dilakukan dengan cara instan.
Melawan Khasima adalah untuk belajar bagaimana menghadapi tim kelas dunia. Tetapi jangan hanya berhenti belajar. Sambil menyelam, minum air. Ada usaha untuk meladeni dengan cara dan strategi yang disematkan ke dalam pikiran dan hati para pemain. Sehingga pemain bermain dengan pedoman dan arah.
Tetap biarkan pemain yang memang nilainya belum masuk standar timnas di tribun atau bench pemain. Manfaatkan waktu yang singkat bukan untuk coba-coba.
Sekali lagi, ini untuk Piala Dunia, jadi harus tegas. Ketegasan=kompetensi=kualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H