Betapa mudahnya membuat kompetisi berjenjang sepak bola akar rumput (usia dini dan muda) di Indonesia. Lihatlah, operator kompetisi swasta! Menjadi pahlawan sepak bola akar rumput di negeri 1001 SSB. Membentuk siswa menjadi bertalenta. Lihatlah! Para orangtua siswa, tidak pernah berhenti menjadi sponsor utama. Padahal tidak harus bertanggungjawab untuk pondasi Timnas Sepak bola Indonesia. SSB terus menjamur, tetapi tuan-nya, entah karena apa, terus buta mata hatinya?Â
Apa susahnya, membuat wadah SSB tertib? Untuk dididik dan dibina, layaknya sekolah formal di Indonesia, mudah sekali intriknya. Alternatifnya, semua Klub yang resmi terdaftar mulai dari Askot/Askab, Liga 3, Liga 2, dan Liga 1, wajib memiliki pembinaan SSB di dalamnya. Semisal nama Klub Liga 1: Indonesia FC, maka SSBnya: SSB Indonesia. Ini berjenjang terjadi dari Klub anggota Askot/Askab, naik ke Liga 3, Liga 2, hingga Liga 1. SSB yang tanpa Klub, karena ada lebih dari 1001, biarkan mereka tetap ada, anggap saja sebagai SSB semacam olah raga fun game.
Apa fungsinya turnamen seperti Elite Pro Academi (EPA), coba? Bagaimana Klub Liga 1 membentuk tim untuk EPA, coba? Pondasi pemain Timnas dari sepak bola akar rumput wajib digarap di kompetisi. Bukan turnamen. Seharusnya, saat Klub Liga 1, 2, 3, PSSI serta Klub Liga Askot/Askab digulirkan, kompetisi berjenjang SSB, memiliki semua Klub pun bergulir. Semua ada dalam satu payung. Bila Kompetisi Liga 1,2, dan 3 ada operatornya. Kompetisi SSB mulai dari jenjang Askot?
Askab, Liga 3, Liga 2, hingga Liga 1, juga ada operatornya. Jangan malu gandeng operator kompetisi SSB Swasta yang sudah ada. Â Atau buat operator sendiri yang kompeten dan bertalenta. Lalu, jangan jadikan kompetisi SSB berjenjang, sarang mafia. Semua itu, repotnya di mana, ya? Selama ini operator kompetisi SSB swasta mampu menjalankan dan hasilnya tinggal di petik Klub dan PSSI, bukan? Gartisan? Setop sepak bola dan PSSI hanya dijadikan "kendaraan". Ini sudah bukan zaman ketika Indra Sjafri harus blusukan.
Drs. Supartono, M.Pd. / Supartono JW. Pengamat, praktisi pendidikan nasional dan sosial. Pengamat, praktisi sepak bola nasional.
Hal: Surat Terbuka (3)
Yth. Ketua Umum PSSI
Assalamualaikum Wr. Wb.
Pak Erick, mohon maaf.
Jujur saya miris, Indonesia menjadi peserta Piala Dunia U-17, tetapi PSSI tidak punya wadah kompetisi resmi yang seharusnya sudah membentuk calon pemain Timnas Indonesia di semua kelompok umur. Ada yang namanya Elite Pro Academy (EPA). Tetapi di dalamya sama sekali tidak mendeskripsikan elitenya, pro-nya, mau pun academy-nya. Dari sisi mana bisa disebut elite? Dari sisi sebelah mana disebut profesional? Dari sisi mana masuk kategori academy?