Menjadi pembaca (menonton, melihat, memperhatikan, mengamati, dll) dan pendengar yang benar, baik dan cermat, maka Anda akan menjadi orang yang cerdas memahami: apa-siapa-mengapa-kapan-di mana, dan bagaimana sebuah peristiwa/masalah terjadi. Anda akan menjadi orang yang pandai bersyukur, menghargai, menghormati. Lalu, tahu diri, memiliki empati dan simpati, berbesar hati, dan rendah hati. Selalu dapat menjadi bagian dari solusi penyelesaian masalah, bukan menambah atau pembuat masalah baru.
Drs. Supartono, M.Pd. / Supartono JW. Pengamat, praktisi pendidikan nasional dan sosial. Pengamat, praktisi sepak bola nasional.
Sebuah catatan pekan ke-13 Liga Fair Play (LFP) U-14. Depok, 18 Juni 2023
Setelah Pekan ke-11, saya membuat penilaian selama 10 pekan bergulirnya Kompetisi Sepak Bola Usia Dini bernama Liga Fair Play (LFP) U-14 yang dihelat oleh Indonesia Junior Soccer League (IJSL). Kemudian di Pekan-12, saya menyoroti masalah kompetensi pedagogi para pelatih di kompetisi ini, seharusnya, pelaksanaan kompetisi di Pekan ke-13 dapat berjalan sesuai ekspetasi saya, yaitu semakin mengerucut ke arah yang lebih benar dan baik, mendekati tujuan utama dari digelarnya kompetisi LFP ini.
Siswa/pemain dan orangtuaÂ
Namun, ada peribahasa: "tidak ada gading yang tak retak" maksudnya, di antaranya adalah segala sesuatu tidak hadir dalam kelebihan atau kesempurnaan. Namun juga memiliki kekurangannya masing-masing.
Sesuai peribahasa tersebut, di Pekan ke-13 ternyata masih ada perbuatan pelaku di kompetisi LFP yang memancing emosi pihak lawan. Mirisnya, pihak lawan pun meladeni dan ikut terpancing emosi. Data dan identifikasi tim yang melakukan provokasi, memancing emosi, dan tim yang terpancing emosi ada catatannya di panitia. Panitia pun akan melakukan tindakan edukatif bagi tim-tim bersangkutan. Pasalnya selain provokasi dilakukan oleh pemain di lapangan, orangtua siswa di tribun penonton pun, masih sering ke luar jalur dalam menyemangati putra dan tim yang dibelanya.
Masih ada orangtua yang suara lantangnya terdengar hingga ke seluruh penjuru Lapangan Ayo Arena. Itu sangat tidak etis. Selain orangtua tersebut merendahkan diri sendiri, juga membuat citra tim yang dibela putranya menjadi tidak baik, teriakan provokatif sangat mengganggu LFP yang namanya jelas-jelas Liga Fair Play.
Kendati sikap provokatif pemain dan orangtua dilakukan oleh satu-dua tim saja di Pekan ke-13, tetap hal ini wajib diapungkan, sebab kompetisi LFP yang untuk pertama kalinya digelar di negeri ini, Indonesia, oleh pihak swasta, tinggal menyisakan dua pekan lagi usai. Harapannya, kompetisi LFP sebagai pilot project, pada akhirnya dapat memperoleh rapor benar dan baik sebagai tolok ukur untuk kompetisi selanjutnya atau sebagai bahan masukan PSSI dan stakeholder terkait di Indonesia.
Menjadi pembaca dan pendengar yang benar dan baik
Dalam kesempatan ini, saya bertanya, khususnya kepada seluruh pelaku di LFP U-14 2023, apakah sudah membaca artikel tentang LFP yang saya tulis mulai dari pekan ke-1 hingga pekan ke-12? Sudah saya share di Grup WA LFP, lho.
Saya terus mengingatkan diri saya sendiri, agar tidak banyak bicara dan bertindak/berbuat/bersikap, tetapi isinya kosong/tidak berkualitas. Saya terus mengingatkan diri saya sendiri agar terus merefleksi dan mengevaluasi diri. Banyak membaca (menonton, melihat, memperhatikan, mengamati, dll) serta banyak mendengar.
Sebab, sudah terbukti bahwa dengan menjadi pembaca (menonton, melihat, memperhatikan, mengamati, dll)Â dan pendengar yang benar, baik dan cermat, maka seseorang akan menjadi orang yang cerdas memahami: apa-siapa-mengapa-kapan-di mana, dan bagaimana sebuah peristiwa/masalah terjadi. Sudah terbukti pula banyak orang yang menjadi pandai bersyukur, menghargai, menghormati. Lalu, tahu diri, memiliki empati dan simpati, berbesar hati, dan rendah hati. Selalu dapat menjadi bagian dari solusi penyelesaian masalah, bukan menambah atau pembuat masalah baru.
Saya yakin, bila khususnya semua pelaku dalam LFP U-14 2023, dan umumnya orang Indonesia, menjadi pembaca (menonton, melihat, memperhatikan, mengamati, dll)Â dan pendengar yang benar, baik dan cermat, tidak akan ada kejadian orang yang memancing emosi dan terpancing emosinya.Â
Perhatikan!
Orang yang selalu meluangkan waktunya dengan membaca (menonton, melihat, memperhatikan, mengamati, dll) dan menjadi pendengar yang benar, baik, dan cermat, menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah orang yang selalu memiliki rasa hormat dan menghormati orang lain dan segala sesuatu.
Menjadi pembaca (menonton, melihat, memperhatikan, mengamati, dll) dan menjadi pendengar yang benar, baik, dan cermat, akan memahami dengan jelas apa yang orang coba katakan. Membantu menghindari beberapa kebingungan, kesalahpahaman, dan potensi konflik yang biasa terjadi dalam percakapan.
Menjadi pembaca (menonton, melihat, memperhatikan, mengamati, dll) dan menjadi pendengar yang benar dan baik, serta cermat, benar-benar menawarkan kesempatan untuk benar-benar memahami.
Menjadi pembaca (menonton, melihat, memperhatikan, mengamati, dll) dan menjadi pendengar yang benar, baik, dan cermat, menciptakan rasa hormat, menguatkan koneksi, silaturahmi, dan niat baik dalam hubungan pribadi dan profesional. Membaca dan mendengarkan yang benar, baik, dan cermat, tentu tidak akan lahir perbuatan menghakimi apa yang orang lain katakan.
Menjadi pembaca (menonton, melihat, memperhatikan, mengamati, dll) dan menjadi pendengar yang benar, baik, dan cermat, menciptakan peluang untuk mengukur apakah ada masalah, atau apakah yang mereka katakan adalah tanda bahwa masalah bisa muncul, dan menyusun strategi untuk mengatasi masalah tersebut. Dapat mengevaluasi semua aspek yang berbeda, berdasarkan detail yang didengar. Ini dapat membantu menemukan masalah yang berpotensi mendasari dan mengatasi masalah pada akarnya, dan dapat mencegah masalah muncul kembali.
Menjaga hati dan pikiran
Menjadi pembaca (menonton, melihat, memperhatikan, mengamati, dll) dan menjadi pendengar yang benar, baik, dan cermat, juga dapat menjadikan seseorang berbesar hati dan rendah hati, dapat menguasai diri (emosi), maka tidak akan membuat dan memancing perkara yang membuat pihak lain terpancing emosi.
Membaca dan mendengar dengan benar, baik, dan cermat, akan mengantar seseorang menjadi dewasa dalam pikiran dan perbuatan. Melahirkan sikap sabar. Dapat menjadi individu yang kompeten dalam sikap perbuatan sesuai agama, budaya, tradisi, kepribadian, dan makhluk sosial.
Karenanya, dengan pintu menjadi pembaca (menonton, melihat, memperhatikan, mengamati, dll) dan menjadi pendengar yang benar, baik, dan cermat, dalam hal emosi, seseorang akan:
Pertama, mampu menahan diri, tidak terpancing untuk membalas perbuatan orang lain yang memancing emosi.
Kedua, mampu mengalihkan pikiran dan perbuatan kepada pada hal/kesibukan lain yang jauh lebih penting. Abaikan dengan tetap sopan, orang yang memancing emsoi.
Ketiga, mampu bersikap dan bertindak bijak, mengindari berinteraksi dengan orang yang sengaja memancing emosi.
Keempat, mampu tidak meladeni atau membalas sikap orang yang memancing emosi dengan diam, tidak berargumen, meredam situasi.
Kelima, mampu menghindari dengan mencari tempat yang tenang dan cukup berjarak dari orang yang memancing emosi.
Semoga, dengan pintu menjadi pembaca (menonton, melihat, memperhatikan, mengamati, dll) dan menjadi pendengar yang benar, baik, dan cermat, saya dan kita semua akan menjadi orang yang pandai bersyukur, menghargai, menghormati. Lalu, tahu diri, memiliki empati dan simpati, berbesar hati, dan rendah hati. Selalu dapat menjadi bagian dari solusi penyelesaian masalah, bukan menambah atau pembuat masalah baru.
Jadilah orang yang memprioritaskan membaca dan mendengar sehingga mengerti tentang "dunia" yang di dalamnya ada tentang siapa diri kita, bagaimana lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat kita, bagaimana hal atau kegiatan yang kita ikuti dan dalami, bagaimana negeri dan bangsa ini, dll.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H