Banyak manusia yang terdidik dan banyak manusia, meski tidak dapat berkesempatan menempuh pendidikan di jalur formal, tetap tidak kehilangan etika dan tidak berbuat zalim. Mereka belajar dari kehidupan nyata di lingkungan keluarga dan masyarakat, karena pandai bersyukur, hidup (makan, sandang, papan) dari REZEKI yang HALAL. Pun meneladani tradisi dan budaya yang benar dan baik, tahu keadilan, sehingga tahu hak dan kewajiban. Punya simpati, empati, tahu diri, rendah hati.
Drs. Supartono, M.Pd./Supartono JW
Pengamat/Praktisi Pendidikan Nasional dan Sosial
Pengamat/Praktisi Sepak Bola Nasional
Depok, 26 Juni 2023
Sebuah catatan refleksi jelang Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah. Agar terhindar dari berbuat tidak sesuai etika dan perbuatan zalim.
Andai semua orang beretika dan tidak berbuat zalim, kira-kira bagaimana kehidupan di dunia ini? Bagaimana kehidupan di Indonesia? Kehidupan di sekeliling kita?
Apa sih etika dan zalim? Apa para elite dan pemimpin negeri juga bermain-main dengan etika dan kezaliman? Bagaimana dengan rakyat jelata yang dipimpinnya?
Kata "etika" berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti timbul dari kebiasaan. Dalam hal ini, yang menjadi perspektif objeknya adalah tindakan, sikap, atau perilaku manusia.Â
Secara umum dapat dipahami, pengertian etika adalah ilmu tentang sikap dan kesusilaan individu dalam suatu lingkungan sosial, yang penuh dengan aturan dan prinsip tentang apa yang dianggap sebagai perilaku yang benar.
Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) etika  didefinisikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Etika juga aturan, norma, kaidah, atau prosedur yang biasa digunakan individu sebagai pedoman atau prinsip dalam melakukan perbuatan dan perilakunya. Penerapan norma ini erat kaitannya dengan baik buruknya seorang individu dalam masyarakat.