Tetapi, sampai pada lahirnya Ketua Umum PSSI baru, Erick Thohir, saya pun sudah membuat 3 Surat Terbuka di media online, khusus untuk Erick Thohir, Pak Ketum sepak bola kita ini, sama sekali belum merespon tulisan saya di mana pun. Malah mungkin belum sempat melihat apalagi membacanya.
Sebab sangat sibuk mengurusi sepak bola dewasa. Lupa bahwa sepak bola dewasa itu pondasinya sepak bola anak-anak. Bisa mendatangkan Timnas Argentina yang biayanya ratusan miliar. Bisa ke Jepang membuat kesepakatan kerjasama menyoal wasit, misalnya. Lalu, ke Jerman mencari Direktur Teknik untuk PSSI. Tapi terus tak ada hati dan pikiran untuk sepak bola akar rumput yang wadahnya tidak pernah dibuat kejelasan atas fungsi dan kedudukannya. Regulasinya. Kompetisinya.
Tidak menanam, tapi memetik
Bahkan, mungkin tidak tahu, Klub Liga 1 hanya menyomot pemain dari wadah sepak bola akar rumput. Tiket menyomotnya, Wadah sepak bola akar rumput bernama SSB, wajib mengeluarkan Surat Keluar bagi siswa yang telah dididik, dilatih, dan dibina berdarah-darah, tetapi diambil secara gratisan. Siapa yang membuat regulasi pemain SSB diambil gratisan? Saya ingat betul, ini zamannya Ratu Tisha masih di PSSI, sebelum PSSI sekarang. Zamannya Ratu Tisha, juga ada program afiliasi SSB, ke mana program itu sekarang?
PPKGBK keren
Lebih ironis, tahun 2018, justru saya diundang untuk membantu Pusat Pengelola Gelora Bung Karno (PPKGB), menjadi NARA SUMBER dalam menyikapi anarkisme suporter di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) yang saat itu dirusak oleh suporter sepak bola, padahal baru direnovasi.
Khusus untuk PPKGB, tidak hanya menjadi NARA SUMBER, saya bahkan sampai membuat rancangan PROGRAM EDUKASI SUPORTER SEPAK BOLA INDONESIA (PESSI). Tetapi, PPKGBK hanya membutuhkan alternaterif dan solusi untuk mengatasi suporter anarkis khusu di SUGBK. Saat itu, Direktur Utama PPKGBK pun menyampaikan kepada saya, PESSI seharusnya merupakan PROGRAM PSSI.
Pak Erick, Rancangan PESSI, sampai sekarang masih saya simpan, lho. Padahal PESSI saya tulis sebelum tragedi KANJURUHAN. Apa kata FIFA bila kerusuhan suporter terjadi lagi di sepak bola Indonesia? Sudah banyak media yang mengulasnya, bukan?
Gajah di seberang laut tampak, semut di depan mata tak terlihat
Mendengar kisah sepak bola akar rumput, kompleksitas, dan carut-marutnya sepak bola Indonesia yang semuanya sudah saya tulis dalam artikel hingga dalam Surat Terbuka  untuk Erick Thohir, sahabat ini pun tertegun. Jangankan, khususnya sepak bola akar rumput di pelosok Indonesia tersentuh dan disentuh. Yang di depan mata pengurus PSSI saja ibarat GAJAH di pelupuk mata tak tampak, SEMUT di seberang lautan KELIHATAN.
SURAT TERBUKA SAYA, sudah diabaikan beberapa lama. Itu saya catat pak Erick. Sampai Pak Erick terus mengabaikan, saya akan tetap konsisten membela sepak bola akar rumput yang terus hanya dijadikan hasil produk yang tinggal dipetik. Luar biasa, tidak menanam, tapi mau memetik.