Saat saya menelpon sahabat baru saya ini, pertama saya samakan wawasan dulu. Saya tanyakan pendidikan terakhirnya apa. Sudah berapa lama mengelola SSB. Apa latar belakangnya sampai dapat mengelola SSB.
Sahabat saya ini, pendidikan terakhirnya adalah Magister (S2), namun bukan bidang olah raga. Tetapi memiliki lisensi kepelatihan sepak bola. Mengelola SSB di Pontianak sudah berjalan sekitar delapan bulan. Latar belakangnya bukan dari pegiat atau praktisi sepak bola, tetapi sangat konsen terhadap sepak bola akar rumput.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana menemukan artikel saya terkait sepak bola? Jawabnya, berawal dari keprihatinan masalah sepak bola akar rumput di daerahnya, maka sahabat saya ini googling. Googling mengacu pada istilah pencarian informasi di internet dengan menggunakan mesin pencari bernama Google.
Googling=membaca=belajar=tahu, bukan sok tahu
Maaf. WAHAI yang mengaku pegiat sepak bola akar rumput di wadah SSB atau nama lain yang sekadar gaya-gaya-an, yang antipati ketika di grup wa ada yang ngomongin politik, padahal sepak bola itu, ya politik. Lalu, malas membaca isi informasi/berita/bacaan/lainnya dari apa yang dibagikan dalam grup wa, tapi hanya sekadar membaca judulnya, langsung sok tahu.
Lihat, yang namanya pendidik, pelatih, pembina yang sama dengan dengan guru, ilmunya harus lebih banyak, lebih tinggi dari siswa, peserta didik, murid, pemain. Ada mencari ilmu dan pendidikan di sekolah formal. Di kampus. Dan, di zaman modern ini, googling juga kegiatan seperti sekolah atau kuliah.
Senang, ada pegiat sepak bola akar rumput, memperkenalkan diri kepada saya, ternyata dari hasil googling. Bila, tidak googling, mustahil saya juga dapat menulis artikel fakta ini, tentang adanya pegiat sepak bola akar rumput yang mau belajar dan belajar lagi, memanfaatkan kemajuan zaman, dengan googling.
Hasil googling
Dari hasil googling, ternyata sahabat ini menemukan beberapa artikel saya di media online sesuai dengan data-data atau pengetahuan yang dibutuhkan, sekaligus untuk meredam rasa prihatin dengan apa yang terjadi dengan sepak bola akar rumput di daerahnya. Keprihatinannya, seperti banyak siswa SSBnya dan siswa dari SSB lain yang diambil oleh SSB lainnya tanpa ada komunikasi dan izin. Sehingga, ada SSB yang tidak dapat melanjutkan kiprahnya, karena berkurangnya siswa. SSB juga tidak ada dalam pola pembinaannya dari Askab bahkan hingga Asprov. Lalu, apakah menyoal afiliasi SSB itu masih ada programnya?
Ribuan artikel sampai surat terbuka untuk Erick Thohir
Selama hampir satu jam banyak sekali informasi yang saling kita bagi. Sampai saya sampaikan ke sahabat saya ini, menyoal sepak bola akar rumput Indonesia, sudah ratusan, malah mungkin ribuan artikel saya tulis di berbagai media cetak dan online Indonesia. Bila dibukukan, entah sudah dapat menjadi berapa jilid buku.