Sudah menjadi tradisi. Siapa pun yang didaulat memimpin PSSI, sebab ada sesuatu dari sepak bola, maka demi  mengejar prestasi ini dan prestasi itu, selalu lupa bahwa akar rumput yang menjadi pondasi, bukan lahan yang harus diurusi.
(Supartono JW.24052023)
Timnas Indonesia U-22 meraih medali emas. Lalu, ada kerjasama dengan Jepang, untuk Liga 1. Akan ada laga versus Argentina di Juni 2023. Liga 1 pun akan digulirkan pada bulan Juli 2023. Dan, lainnya. Dan, lainnya.
Sungguh nampak luar biasa sibuk Bapak Ketua Umum PSSI kita yang baru ini. Bahkan baru beberapa hari menjabat, sudah dapat mengarak Timnas Indonesia U-22, pawai di jalan Ibu Kota. Pun disambut Mas Menpora yang baru.
Memang memetik hasil yang baik, siapa sih yang tidak mau. Tapi bila memetik hasil yang baik. Sampai mendapatkan juara, menggondol emas. Apakah itu pekerjaan semudah membalik telapak tangan? Pekerjaan yang tidak ada proses?
Dari mana datangnya 20 pemain yang dipilih Indra Sjafri masuk dalam skuat SEA Games Kamboja? Apa jatuh dari langit?
Dari mana Shin Tae-yong (STy), Fakhri Husaini, dan Bima Sakti mememukan talenta muda sebelum dipilih oleh Indra Sjafri masuk Garuda U-22. Lalu dari mana Indra Sjafri menggenapi 20 pemain skuat Garuda dengan pemain yang belum pernah dibesut STy, Fakhri, dan Bima?
Dapat diidentifikasi dengan mudah oleh publik sepak bola nasional, dari 20 pemain yang berhasil meraih emas SEA Games. Siapa saja yang ditemukan talentanya oleh Fakri. Siapa yang dimatangkan oleh Bima. Siapa yang dtempa STy, dan siapa yang dipilih oleh Indra.
Dari 20 pemain, siapa pemain yang paling bersinar selama SEA Games? Hasil tempaan siapa? Siapa pemain yang tetap melempem? Hasil pilihan siapa?
Lebih lanjut, dari 20 pemain itu, apakah mereka tidak melalui proses di sepak bola akar rumput? Wadah sepak bola akar rumput yang mana, yang sudah berjasa besar menjadi pondasi pembinaan dan pendidikan awal anak-anak itu?