Banyak manusia yang benar-benar "bisa", bukan "merasa bisa", dalam mengarungi berbagai lini kehidupan di dunia, Â karena kompeten dalam urusan kepribadian, sosial, dan profesional dalam bidang yang digelutinya, sebab lulus menjadi manusia sebagai makhluk individu, makhluk beragama, makhluk berbudaya, makhluk sosial, dan makhluk ekonomi. Cerdas, kaya pikiran dan kaya hati dalam humaniora.
(Supartono JW.23052023)
Manusia adalah tempat salah dan dosa. Ungkapan ini, tentu sudah bersemayam di relung pikiran dan relung hati (jiwa) setiap manusia yang pandai bersyukur. Pandai instrospeksi dan pandai merefleksi diri.
Manusia-manusia yang cerdas emosi (hati, kepribadian) dan cerdas pikiran (otak), sebab memiliki cukup ilmu dan pengalaman dalam kehidupan nyata. Mendapatkan segala sesuatu di dunia melalui jalur yang maslahat karena lulus menjadi manusia sebagai makhluk individu, beragama, berbudaya, sosial, dan ekonomi. Profesional di bidang yang digelutinya, maka dipastikan, mereka adalah golongan manusia-manusia yang sudah selesai dengan dirinya sendiri.
Dalam kesempatan ini, sebab orang-orang yang merasa bisa atau sok tahu, banyak yang tetap tidak sadar akan siapa dirinya, saya kembali mengingatkan diri saya, agar menjadi orang yang melakukan sesuatu berdasarkan "bisa" karena "bisa". Bukan sekadar berdasarkan "merasa bisa" atau "sok tahu".Â
Selesai dengan dirinya
Orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, akan selalu merasa bersyukur, sekali pun ada orang lain yang menzalimi, mengambil haknya, menyakiti, mengecewakan, meremehkan, dll.
Lalu, tetap menjalankan, melakukan, berbuat, segala sesuatu berdasarkan perencanaan yang matang, terprogram, terukur, memahami dan tahu kekuatan dan kelemahan dirinya. Berdasarkan hasil introspeksi, refelksi. Sudah melalui pengamatan dan praktik. Sudah merasakan, berhasil atau gagal. Terus belajar dari kesalahan dan menambah ilmu dan pengalaman, dll.
Mereka juga tidak harus pamer-pamer atau sampai unjuk gigi, yang pada akhirnya mempermalukan diri sendiri demi dianggap mampu atau bisa dalam suatu hal, padahal hanya sekadar merasa bisa, sok tahu.
Merasa bisa, sok tahu
Orang yang merasa bisa, sok tahu, ada yang memahami berlebihan dan menganggap sebagai orang yang merasa lebih superior di atas semua orang. Akibatnya, Â orang yang sok tahu, lebih sering tidak dapat menilai positif apa pun yang dihasilkan oleh orang lain, kecuali karyanya sendiri atau apa yang diperbuatnya, dilakukannya.
Berbeda dengan orang yang "bisa". Selain karena memang memiliki kompetensi, profesional, lulus sebagai manusia sebagai makhluk individu, beragama, berbudaya, sosial, ekonomi, dll. Serta selalu pandai bersyukur. Melakukan refleksi dan instrospeksi diri, maka akan selalu rendah hati.
Akan selalu berjiwa besar, merdeka dari segala prasangka negatif dan terus berupaya meraba, menyelami, merasakan, berempati, simpati, peduli, tahu diri dengan apa yang dirasakan oleh orang lain dan lebih mendahulukan  kepentingan orang lain di atas dirinya.
Orang yang memang "bisa" dan pandai bersyukur, tentu akan selalu melekat dalam dirinya kerendahan hati, (tawadhu) dan tidak angkuh. Ia akan menerima bila dinasehati temannya, sahabatnya, orang tuanya, bahkan orang lain.
Bersyukurlah bagi siapa saja yang memang "bisa" dalam suatu hal, bukan sekadar "merasa bisa". Karena akan terhindar menjadi manusia yang angkuh, pongah, congkak, bahkan membenarkan yang salah. Menyalahkan yang benar.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H