Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

(21) Bilakah Saya Sombong?

12 April 2023   09:27 Diperbarui: 12 April 2023   09:59 1332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkait dengan pembebasan dari api neraka, sebenarnya apa maksudnya?Menurut hadist qudsi yang dimaksud api neraka dapat diartikan atau dimaknai sebagai api kesombongan.

Sombong dan kesombongan ini, dilakukan oleh manusia, ada yang dengan kesadaran. Ada yang tanpa disadari. Di antaranya: kesombongan karena ilmu yang dimiliki, usia yang lebih matang atau tua, jabatan yang mentereng, kekayaan yang melimpah, bahkan kebodohan pun ada manusia yang menyombongkan diri.

Kendati kesombongan yang hanya sebesar biji sawi (sangat kecil), maka surga tidak layak bagi manusia yang melakukannya dan mustahil dapat melepaskan diri dari api neraka, karena api kesombongan itu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sombong memiliki arti menghargai diri secara berlebihan, meninggikan diri, congkak, dan pongah. Sombong memiliki konotasi negatif yang dihubungkan dengan tabiat seseorang yang buruk.

Lalu, kesombongan adalah hal (sifat dan sebagainya) sombong, keangkuhan, kecongkakan, takabur, pongah.

Kesombongan sudah pasti akan merugikan diri sendiri, terlebih terkait fase 10 hari ketiga Ramadan ini. Dan, kesombongan juga akan melukai atau menyakiti orang lain.

Sadarkah saya, kita, selama ini sudah termasuk menjadi orang yang sombong, hidup penuh kesombongan? Sebab, banyak hal yang saya, kita, lakukan/perbuat melampaui batas?

Dari berbagai literasi, seperti apa, deskripsi orang yang sombong dan melakukan kesombongan?

(1) Selalu merasa benar. Selalu merasa benar, termasuk ciri-ciri sombong. Orang yang sombong biasanya akan merasa dirinya paling benar dan mau menang sendiri, pada hal-hal sepele sekalipun.
Sementara orang lain dianggap kecil dan tak mampu berbuat apa pun. Bahkan di matanya, orang lain selalu berbuat salah.
(2) Menyepelekan orang lain. Menyepelekan atau meremehkan orang lain seperti perilaku tak acuh, malas mendengarkan orang, tidak mengapresiasi keberhasilan atau pencapaian orang lain, dan sebagainya.

Hal tersebut sangat tidak terpuji, merugikan diri dan orang lain. Sebab, termasuk sombong dan tentu akan ada balasan dan karma bagi yang bersikap demikian.
(3) Haus pujian. Orang yang sombong akan selalu mencari cara agar terus dipuji atau dielu-elukan. Bahkan, tidak segan menjatuhkan orang lain demi mendapat pujian dan pengakuan oleh orang sekitarnya. Jahat sekali.
(4) Tidak suka dinasihati. Bila mau menerima masukan dan nasihat adalah ciri orang yang rendah hati. Maka, orang sombong tidak suka apabila diberi nasihat oleh orang lain atau pihak lain. Bahkan cenderung menolak dan melawan, karena merasa dirinya lebih tahu dibandingkan orang lain atau pihak lain.
(5) Membicarakan diri sendiri. Suka membicarakan diri sendiri. Apa pun topik yang dibicarakan bersama orang lain, orang sombong, ujung-ujungnya akan cenderung mengarahkan topik dan membahas tentang diri sendiri. Pamer prestasi, kehebatan, pencapaian dalam hidupnya, rencana-rencana dan programnya, meski orang lain atau pihak tidak bertanya atau membahasnya.
(6) Hobi pamer. Hobi pamer ini, setali tiga uang dengan membicarakan diri sendiri. Sebab, sikapnya sama. Tambahannya adalah gemar pamer harta, kemewahan, status, atau kelebihan diri. Ada yang melakukan dengan tidak sadar. Ada yang dengan sadar melakukan pamer.

Di zaman media sosial (medsos) sekarang ini, semakin mudah orang-orang untuk menunjukkan kelebihan diri pada banyak orang. Bila melakukannya satu-dua kali saja tetap disebut pamer. Apalagi sering, tentu membuat orang di sekitarmu tidak nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun