Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

(8) Berpikir Sebelum Bertindak, agar Dampaknya Maslahat

30 Maret 2023   12:51 Diperbarui: 30 Maret 2023   13:07 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Suparono JW

KETIGA: Masyarakat yang memiliki karakter mendahulukan kepentingan pihak lain/orang lain/negara lain (altruisme), jangan mengorbankan kepentingan masyarakat Indonesia (pelaku dan pecinta sepak bola) demi komitmen membela negara lain dengan berbagai dalih. Padahal masalah Palestina simpel, yaitu wilayahnya di duduki oleh Israel.Tidak ada kaitannya dengan agama, seperti yang diungkapkan oleh PM Palestina dan tersiar di media sosial.

KEEMPAT: PSSI jangan lagi menjadi alat dan kendaraan politik bagi pihak yang hanya mengambil keuntungan pribadi dan partai. Penolakan Gubernur dan partai politik jelas arahnya. Komitmen bangsa dan negara sesuai Pembukaan UUD 1945 dijadikan alasan, tetapi sebenarnya ini sangat lekat dengan tahun politik 2024. Apa ini bukan blunder bagi mereka? Tetapi, nampaknya mereka memang sedang menarik simpati pihak yang menentang Israel di Indonesia, karena mungkin signifikan dengan perolehan suara dan kursi. Miris.

Terkait hikmah pertama, selama ini ada pemahaman politik yang salah di tengah masyarakat kita. Bahwa benar, berbagai pihak menyimpulkan gara-gara masalah politik yang dicampuradukkan dengan sepak bola, Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

Namun wajib menjadi catatan, bahwa masyarakat Indonesia, selama ini terlanjur memahami tentang politik hanya sebatas yang berhubungan dengan Partai Politik,  Parlemen, Pemerintah. Tidak menyadari bahwa  makna politik itu bukan sekadar hal yang terkait dengan Partai Politik, Parlemen, dan Pemerintah.

Pemahaman sempit dan salah tentang politik, bahkan menjadi memilukan, memalukan, dan menunjukkan kebodohan, bila kita menyimak di grup-grup media sosial, terutama whatsapp (wa). 

Banyak anggota grup yang tidak berkenan, tidak nyaman, bahkan marah, bila ada yang berbagi atau meneruskan 'sesuatu' berbau politik. Sebab, yang menancap di pikiran dan hatinya, kalau bicara politik, pasti urusannya Partai Politik atau Parlemen atau Pemerintah.

Selain karena pemahaman makna politik yang sempit, secara psikologis, anggota grup (baca: masyarakat) juga trauma bila berurusan dengan Partai Politik atau Parlemen atau Pemerintah, yang selama ini hanya butuh suara rakyat untuk mendapatkan kursi di Parlemen atau Pemerintahan, tetapi setelahnya, mereka lupa dan tetap membiarkan rakyat dalam penderitaan dan ketidakadilan.

Atas kasus Piala Dunia U-20 ini, ayolah masyarakat Indonesia, setop untuk berpikiran sempit tentang politik!

Pasalnya, sepak bola jelas-jelas selalu dijadikan alat politik, kendaraan politik oleh para pelaku terkait. Karena itu, pahami makna politik seutuhnya.

Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), politik adalah  (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan). Politik juga bermakna segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain. Selain itu, politik juga berarti cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah), kebijaksanaan.

Jadi, sesuai makna dan artinya, politik ini bukan hanya persoalan Partai Politik, Parlemen, dan Pemerintahan. Politik juga dimaksud sebagai siasat,  cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah), kebijaksanaan. Hal ini dapat diterapkan di semua lini kehidupan, termasuk sepak bola.Tetapi, di Indonesia, sepak bola sudah dijadikan alat dan kendaraan politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun