Komitmen bangsa atau persoalan agama
Bila berbagai pihak di Indonesia yang tidak setuju atas kehadiran Timnas Israel U-20 memahami fair play dalam olah raga, memahami wewenang FIFA yang absolut, mutlak. Lalu, tidak mencampur-adukkan urusan politik/komitmen bangsa Indonesia sesuai Pembukaan UUD 1945, atau masuk ke masalah agama, maka setop bicara menolak kehadiran tim sepak bola Israel U-20.
Biarkan Pemerintah Indonesia yang memutuskan. Bila Pemerintah Indonesia memutuskan menolak kehadiran Timnas Israel U-20, artinya Pemerintah Indonesia tidak memahami dan tidak menghargai WEWENANG FIFA.Â
Namun, bila Pemerintah Indonesia mengikuti aturan FIFA, memandang kehadiran Timnas Israel U-20 hanya  sebatas dalam olah raga sepak bola, maka Pemerintah Indonesia paham tentang WEWENANG.Â
FIFA pun akan menghargai bahwa Indonesia tidak mencampuradukkan urusan sepak bola dengan politik/komitmen bangsa Indonesia terhadap penjajahan.
Di bulan yang penuh berkah dan ampunan ini, marilah kita semakin mendekatkan diri agar mendapatkan keberkahan dan ampunan dosa dari Allah. Semakin menjadi pribadi yang tahu diri. Tidak memaksakan kehendak dan menabrak aturan pihak lain. Yang imbasnya akan merugikan diri kita sendiri.
Tentu, menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 yang pertama kalinya, bagi Indonesia adalah anugrah dari Allah, melalui perjuangan pikiran-hati- tangan-tangan cerdas manusia Indonesia yang terkait.
Apakah anugerah ini akan kita siakan karena bangsa ini mencampuradukkan urusan olah raga dengan politik dan komitmen bangsa. Bila ya, tidak sulit bagi FIFA, membatalkan Indonesia sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20 yang akan dimulai 20 Mei-11 Juni 2023, pun tidak sulit bagi FIFA membekukan PSSI. Dan, terbayang berapa banyak manusia akan kehilangan pekerjaan dan kelaparan dari olah raga rakyat ini, karena kehilangan mata pencaharian.
Ayo pikir yang komprehensif, jangan  parsial dan memaksakan kehendak yang melawan aturan FIFA.
Terbayang tidak, bila dalam urusan sepak bola, Timnas Israel U-20 diperlakukan benar dan baik di Indonesia, semoga Israel berubah pikiran, setop tidak lagi menjajah Palestina. Atau bila tidak ada perubahan setelahnya, Indonesia tetap dapat melanjutkan komitmen dan politiknya terhadap Israel.Â
Mari berpikir cerdas di bulan baik ini, demi kepentingan rakyat Indonesia. Tidak ada yang salah, membela dan mempertahankan komitmen pendiri bangsa, namun bedakan antara olah raga (fair play) dan urusan/kepentingan yang lain. FIFA pun tentu tidak akan memaksa Indonesia menjadi tuan rumah, bukan? Banyak pilihan, negara lain yang dapat menggantikan. Yang menolak, pasti tidak merasa rugi. Tapi apakah masyarakat bangsa Indonesia secara umum tidak rugi? Apalagi bila PSSI kembali disanksi?