Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelatih=Guru, Harus Miliki Empat Kompetensi!

16 Maret 2023   09:48 Diperbarui: 16 Maret 2023   10:55 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Supartono JW


Pelatih=guru, harus memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang didapatkan bukan dengan cara otodidak. Ada sekolahnya, Ada pendidikannya.

(Supartono JW.16032023)

Tanpa terasa, Kompetisi Sepak Bola Usia Dini bernama Liga Fair Play (LFP) U-15 yang dihelat oleh Indonesia Junior Soccer League (IJSL), sudah berjalan hingga pekan ke-6.

Kompetisi yang diusung sebagai sebuah Pilot Project untuk Sepak Bola Akar Rumput Indonesia. Dari pekan ke-1 hingga pekan ke-6, terus nampak pergerakannya dalam setiap lini menuju muara Fair Play yang diharapkan.

Setiap pekan pun diperoleh data, sebagai bahan untuk mengevaluasi. Pasalnya, sebuah program yang dihelat sebagai Pilot Project tentu akan menghasilkan data dan informasi yang berguna untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi gelaran kompetisi sejenis berikutnya.

Karenannya, keberhasilan atau kegagalan LFP IJSL U-14 ini, akan dapat diukur datanya setelah 15 pekan laga dijalankan.   Kemudian, apakah sesuai data, akan disimpulkan berhasil atau gagal, maka data-data setiap pekan akan dapat digunakan sebagai acuan untuk menjalankan LFP yang sesungguhnya, seluruh peserta (semua bagiannya) wajib lulus sesuai standar dan kriteria fair play.

Indikator keberhasilan atau kegagalan, nantinya dapat dilihat dari data-data kecerdasan intelegensi (otak) dan personality (kepribadian) semua pelaku yang terlibat dalam LFP ini.

Data pekan ke-6

Sesuai data yang saya peroleh, hasil gelaran seluruh laga di pekan ke-6, dari laga pertama hingga laga ke delapan, semuanya sudah dapat disebut masuk kategori ranah Fair Play di setiap pelakunya. Bahkan, khusus pelaku 'pemain' rata-rata sudah dapat menunjukkan diri mereka sebagai manusia yang kesatria, karena sikap saling menghargai dan saling membantu saat terjadi benturan, pemain lawan terjatuh, menolong, menyalami.

Itu adalah wujud dari sikap kesatria, yang pemberani, rendah hati, punya simpati, empati, respek, dan sejenisnya. Semua dilakukan dengan 'jujur, wajar, dan adil' sesuai makna Fair Play.

Hanya saja, dari pelaku-pelaku utama Fair Play, seperti:
a. Perwakilan (ujung tombak) yang ada di dalam WA Grup (WAG) LFP
b. Penanggungjawab/Pemilik SSB/Ketua
c. Ofisial (Manajer, Pelatih, Medis, Bagian.Umum, dll)
d. Siswa/pemain
e. Orangtua siswa/pemain
f. Penonton/pendukung SSB di luar Orangtua siswa/pemain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun