Pasukan Garuda yang dipersiapkan ke Piala Dunia U-20, akan kembali diuji di Piala Asia U-20 2023 setelah dalam laga pertama fase Grup A ditekuk Irak U-20 2-0.
Akankah pasukan Shin Tae-yong (STy) yang bahkan telah disiapkan dengan biaya mahal, TC sampai di 5 negara (Korea Selatan, Prancis, Spanyol, Turki, dan Indonesia), mampu memberikan garansi kemenangan saat meladeni Suriah U-20 di Stadion Lokomotiv, Tashkent, Uzbekistan, pada Sabtu (4/3/2023) pukul 19.00 WIB.Â
Persoalan klasik
Sama-sama menelan kekalahan 0-2 pada laga sebelumnya. Indonesia takluk dari Irak, sedangkan Suriah dibekuk Uzbekistan, akan menjadi pembuktian, khususnya bagi anak-anak Garuda yang memang disiapkan untuk Piala Dunia U-20, tetapi dalam waktu tidak lama telah menelan kekalahan dari New Zealand dan Guatemala yang sama-sama sudah mendapat tiket ke Piala Dunia U-20. Lalu digebuk Irak.Â
Semua kekalahan kunci masalahnya adalah persoalan klasik. Mengulang yang itu-itu saja. Di antaranya lemahnya lini pertahanan, rendahnya penyelesaian akhir, budaya membuat kesalahan sendiri, tradisi kurang berani, watak kurang percaya diri, yang pondasinya ada pada kecerdasan intelektual, otak dan personality, kepribadian pemain.
Bila masalah-masalah tersebut tidak dapat diatasi oleh para pemain yang sudah dipercaya berjersey Timnas Indonesia U-20, maka mengadapi Suriah pun akan sulit memenangi laga. Apalagi versus tuan rumah Uzbekistan. Jangankan berharap meraih prestasi di Piala Asia, lolos dari fase Grup pun, sekadar mimpi.
Masalah kecerdasan
Atas kondisi Timnas Indonesia U-20 yang tampil di Piala Asia dalam keadaan pincang pun, seharusnya tidak lagi menjadi pembahasan dan tidak menjadi bahan berita di media massa.Â
Kondisi Timnas Indonesia U-20 yang tidak diperkuat oleh beberapa pemain yang dibutuhkan, namun pemain yang dibutuhkan tidak dapat bergabung, sejatinya dialami oleh banyak Timnas bahkan sampai event sekelas Piala Dunia. Sehingga, kondisi Garuda U-20 yang terus diperbincangkan tampil belum lengkap, tidak perlu diungkit-ungkit terus.
Maksimalkan pemain yang ada. Pemain yang ada pun bertanggungjawab memberikan penampilan yang terbaik dengan pondasi cerdas otak dan kepribadian. Lupakan pemain yang tidak ada.Â
Bahkan tidak menutup kemungkinan, bila pasukan yang sekarang ada mampu menunjukkan kompetensi dan siap untuk ke Piala Dunia, menurut saya, lupakan pemain yang egois dan hanya mementingkan diri sendiri. Tidak perlu terus diagungkan dan dipuja-puja.