Seperti yang sudah saya tulis. Ending sandiwara KLB mudah ditebak. Terbukti.
Sandiwara Kongres Luar Biasa (KLB) telah usai. Kini, federasi sepak bola Indonesia bernama PSSI, telah memiliki Ketua Umum baru ke-20, Erick Thohir untuk periode 2023-2027.
Sejak PSSI didirikan 19 April 1930, inilah satu-satunya Ketua Umum yang diidolakan sebelum terpilih dalam sandiwara KLB. Pasalnya, sejak lama, Erick diinginkan oleh publik pecinta sepak bola nasional untuk menjadi orang di nomor 1 PSSI.
Mengapa KLB saya sebut sebagai sebuah sandiwara, drama? Sekarang tidak penting lagi saya ulas di sini. Yang pasti, demi Erick terpilih menjadi Ketua Umum. Ada juga Wakil Ketua Umum terpilih di peringkat dua, tapi malah mengundurkan diri. Sehingga, peraih suara terbanyak ketiga pun, naik ke posisi dua. Alias berhak atas kedudukan Wakil Ketua Umum dua.
Mustahil tidak ada udang di balik batu
Ada apa coba, Yunus Nusi mengundurkan diri? Bila melihat sepak terjangnya jauh sebelum KLB. Secara nalar, kurang masuk akal, bila Yunus mendadak mundur. Apa karena Ratu Tisya? Atau karena ada Zainudin Amali?
Ringkas kisahnya, saya sebut ibarat "tidak ada makan siang yang gratis." Paham, ya?
Namun, publik dan yang paham PSSI tentu dapat menganalisis mundurnya Yunus Nusi. Ternyata ada adegan sandiwara yang mudah dibaca.Â
Perhatikan! Dalam pemilihan Wakil Ketua PSSI. Awalnya, Amali dan Yunus Nusi yang terpilih. Namun, Komite Pemilihan (KP) melakukan pemilihan ulang akibat dugaan manipulasi suara Ratu Tisha.
Hasil pemilihan ulang, ternyata Ratu Tisha malah meraih suara terbanyak disusul Yunus Nusi. Atas hasil itu, ternyata Yunus Nusi mengundurkan diri.Â
Pertanyaannya, mungkinkah Yunus Nusi mengundurkan diri  bila menjadi Wakil bersama Amali? Sampai di sini, paham, ya? Ingat juga mengapa Ratu Tisha saat itu mundur dari Sekjen PSSI di bawah Iwan Bule? Lalu, penggantinya Yunus Nusi?