Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Pribadi yang Efektif

8 Februari 2023   20:42 Diperbarui: 8 Februari 2023   20:45 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sikap-perbuatan efektif adalah buah dari menanam, merawat, mengembangkan intelegensi dan personality diri.

(Supartono JW.09022023)

Minggu, 5 Februari 2023, dalam fase latihan reguler SSB Sukmajaya bagian pertama, yaitu Upacara, di dalamnya ada materi Asah Otak. Materi Asah Otak adalah untuk pondasi penguatan Intelegensi (otak) dan personality (kepribadian) siswa. Kesempatan pagi itu, saya berbagi kepada siswa, semua kelompok umur  tentang "efektif".Saat berbagi, tentunya dengan memperhatikan kelompok siswa yang berusia paling muda. Sehingga bahasa penyampaiannya pun, berdasarkan standar siswa tersebut. Otomatis, akan sangat mudah dipahami oleh siswa lain yang usianya di atas.

IPTS menjadi TIPS

Untuk diketahui, sebagai Sekolah Sepak Bola (SSB), karena ada kata Sekolah, maka materi Asah Otak, adalah pemenuhan kebutuhan siswa dalam aspek kognisi dan afektif.

Hal ini, sesuai dengan Kurukulum Pendidikan, Pelatihan, dan Pembinaan SSB Sukmajaya, bernama TIPS, yaitu Teknik, Intelegensi, Personality, dan Speed. Singkatan TIPS tujuannya agar mudah diucapkan dan diingat, sekaligus mengadopsi Kurukulum Pendidikan Academy Sepak Bola Ajax Amsterdam, Belanda.

Seharusnya, bila diurutkan berdasarkan kualifikasi ilmiah, kata pertama adalah Intelegensi, lalu personality, kemudian diikuti oleh teknik dan speed. Jadi, bila disingkat harusnya menjadi IPTS. Namun, agar singkatannya mudah diucap dan menjadi akronim, maka saya singkat TIPS.

TIPS sudah ditancapkan sejak SSB Sukmajaya lahir 10 Juni 1998 dan sanggup berdiri pada 16 Mei 1999. Sesuai tuntutan TIPS, maka disetiap materi Asah Otak, minimal selalu disampaikan satu ilmu sederhana yang mudah diingat, dipahami, dan dipraktikkan oleh siswa dalam permainan sepak bola, serta langsung dapat dianalogikan dan dipraktikkan dalam  kehidupan nyata.

Efektif

Pada Minggu (5/2/2023), saya menyampaikan materi sangat sederhana untuk siswa, yaitu tentang "efektif".

Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti efektif ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab (tentang obat); dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha, tindakan).

Berikutnya, dalam materi pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah/kampus, maka setiap siswa/mahasiswa sudah mendapatkan ilmu dan pendidikan tentang keterampilan berbahasa, yaitu bagaimana mendengar, membaca, berbicara, dan menulis yang efektif.

Dalam latihan minggu pagi itu, dengan waktu yang terbatas,

Bagian 1:
Saya meminta dua siswa tampil maju, di hadapan siswa lain yang berbaris dalam sikap upacara.

Kedua siswa, saya minta untuk saling mengumpan bola dengan jarak 2m, saling berhadapan. Adegan pertama, siswa passing dengan 2 gerakan, yaitu passing-control, passing. Gerakan kedua, passing tanpa control, passing-passing.

Pemaknaan efektif.
Dari adegan tersebut, bila di buat dalam kalimat: Si A mengumpan bola ke Si B. atau Si B mengumpan bola ke Si A.

Di mana letak efektifnya? Baik Si A mau pun Si B, sama-sama tidak menggojek dan tidak memainkan bola lama-lama di kakinya, tetapi langsung saling mengumpan, paling lama ditambah control sekali.

Saya langsung kaitkan dengan penampilan pemain Timnas Indonesia yang baru tampil di Piala AFF 2022. Saya tanya kepada siswa, apakah para pemain Timnas kita, rata-rata memainkan bola yang efektif seperti Si A dan Si B atau seperti gaya bermain pemain Timnas Thailand yang juga sangat efektif?

Dari materi ini, disadari bahwa perilaku tidak efektif, ternyata hampir dilakukan oleh pemain sepak bola Indonesia di semua lini. Faktor ini, problem dan kendalanya karena ketidakcerdasan otak dan kepribadian. Sehingga, begitu pemain mendapatkan kesempatan menguasai bola, baik hasil dari umpan teman atau merebut dari lawan, maka dia akan berlama-lama memainkan bola, dan baru menyodorkan bola ke temannya saat situasinya sulit dll.

Ini adalah problem kecerdasan intelegensi dan personality.

Bagian 2:
Satu siswa lain, saya minta ke depan. Saya berikan pertanyaan. Laga U-16, Sabtu kemarin, Tim U-16 kalah atau menang?

Jawaban siswa: Kemarin wasitnya payah Pak, kita dicurangi, harusnya kita juga dapat 2 kali pinalti.

Sebelum siswa selesai menjawab, saya setop bicaranya.

Saya ulang, ya? Pertanyaannya: Tim U-16 kalah atau menang?

"Kalah, pak." Jawab siswa. Langsung saya setop. Nah, itu. Jawabnya kan sudah dikasih pilihan kalah atau menang. Jadi, tinggal jawab kalah atau menang.

Berikutnya, ada pertanyaan: Mengapa kalah? Nah, kamu boleh menjawab: wasitnya payah. dst.

Karena waktu terbatas, maka lanjutan materi efektif ini diterapkan dalam materi teknik dan speed hingga game. Secara urutan, telah memenuhi standar sebagai sebuah kegiatan yang ada nama sekolahnya, yaitu ada persiapan, ada presentasi, ada aplikasi, ada evaluasi.

Deskripsi bangsa ini?

Dari deskripsi tersebut, baik dalam permainan sepak bola mau pun kehidupan nyata, perbuatan dan tindakan tidak efektif, nyatanya masih menjadi budaya dan karakter buruk di negeri ini.

Tentunya, ini sebagai akibat dari terus tercecernya pendidikan rakyat Indonesia dari bangsa lain.

Akibatnya, rendah intelegensi dan personality, ibarat menjadi orkestra semesta Indonesia. Masyarakat kita sangat terbudaya tidak efektif. Hobi bertele-tele, hobi ngeyel, hobi sok jago, hobi sok pintar, hobi memanjang-panjangkan masalah, bukan mengecilkan dan menyelesaikan masalah. Hobi mendebat yang tidak perlu, dan malah menunjukkan kebodohannya, hobi egois, hobi individualis, hobi memanjangkan jabatan, hobi memanjangkan kekuasaan, hobi memanjangkan dinasti, hobi bergaya hedon, meski tidak mampu, dan hobi-hobi lainnya yang tidak efektif.

Lihat kasus tragedi Kanjuruhan. Kasus Ferdi Sambo, kasus kecelakaan mahasiswa UI, kasus membuat SIM, kasus BPJS, BBM, hingga kebijakan-kebijakan penting parlemen dan pemerintah, itu efektif untuk siapa, tidak efektif untuk siapa?

Hanya materi dalam Asah Otak, bernama kata efektif, penerapannya, aplikasinya, implikasinya, analoginya, fakta-faktamya, ternyata bermuara pada pola berpikir bangsa ini.

Dalam sepak bola, Timnas Indonesia, sepanjang masa, siapa pun pelatihnya, pasti dihuni oleh pemain yang berpola pikir tidak efektif. Dalam dunia pendidikan, pun demikian. Lalu, dalam dunia politik, tidak efektif dijadikan skenario untuk drama-drama demi kemenangan partai dll. Dalam parlemen, dalam pemerintahan, pun sama.

Bagaimana memperbaikinya? Tidak usah berpikir dan memikirkan yang jauh dari jangkaun diri. Mulailah dari diri sendiri. Menjadi pribadi yang efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun