Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Mengobati Kecerdasan Indonesia yang Terus Terpuruk, Sakit?

29 September 2022   15:58 Diperbarui: 29 September 2022   16:07 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tatkala dunia pendidikan Indonesia terus terpuruk, terkini, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, danTeknologi (Menristekdikti) Nadiem Anwar Makarim malah sedang kesandung masalah.

Tim Bayangan yang dibuatnya, dipuji PBB. Di Indonesia, Nadiem malah disidang DPR, kemudian Nadiem mengakui salah menggunakan istilah Tim Bayangan. Tapi DPR dan beberapa pihak tetap mempertanyakan sumber anggaran untuk membiaya 400 orang dalam Tim bentukan Nadiem itu.

Sejatinya Tim Bayangan, saya sebut sebagai bukti kreativitas dan Inovasi nyata Nadiem, sebab sejak Indonesia merdeka, inilah kali pertama Menristekdikti membuat terobosan di bidang pendidikan, menyelaraskan dengan kemajuan zaman dan teknologi.

Namun, menyoal hal yang dipermasalahkan, terutama menyangkut anggaran, memang Nadiem wajib terbuka dan jujur.

Pertanyaannya, apa yang dilakukan Nadiem dengan Tim Bayangan yang teknologi-aplikasi, apakah ada signifikasinya dalam rangka mengentaskan keterpurukan pendidikan Indonesia yang rapornya selalu merah? Atau Nadiem hanya berinovasi dengan perangkat teknologi, sementara ujung tombak pendidikan=guru yang menjadi sumber benang kusut, mau diubah dengan teknologi? Apa bisa? Apa kognisi, qfektif dan motorik anak, dididik dengan teknologi? Bisa berhasil?

Kecerdasan Indonesia, tercecer?

Terlepas dengan apa yang sedang diupayakan oleh Nadiem, Nadiem juga tetap wajib menyimak tentang rapor kecerdasan Indonesia. Lalu, bagaimana kreativitas dan inovasinya dalam mengatasi rapor kecerdasan yang terpuruk?

Menyoal rapor kecerdasan, di media massa Indonesia, sudah ada yang mempublikasikan sejak Februari 2022. Tetapi ada juga media massa yang baru menayangkan beritanya di September 2022 ini, meski sumbernya sama. Mungkin, media yang baru menayangkan informasinya di September ini, sekaligus demi mengingatkan Nadiem yang ternyata sibuk dengan Tim Bayangan.

Dari laporan World Population Review, yang sudah diberitakan Februari atau September 2022 ini, psikolog asal Inggris Richard Lynn melakukan penilaian terhadap 203 negara di dunia untuk mengukur tingkat kecerdasan penduduk di masing-masing negara.

Judul penelitiannya: The Intelligence of Nations, yang dilakukan Lynn bersama sejawatnya David Becker untuk mengukur IQ warga di 132 negara dan menghitung perkiraan skor untuk 71 negara lainnya dengan penilaian IQ yang memperhitungkan tiga indikator utama yaitu kemampuan literasi, matematika, dan sains.

Menariknya, penelitian Lynn mendapat banyak kritikan, misalnya terkait metode yang digunakan. Namun, untuk sementara riset tersebut tetap dipandang masih yang paling komprehensif.

Dari hasil penelitian Lynn dan sejawatnya, ternyata Indonesia tercecer jauh, menempati urutan 132 dengan rerata IQ 78,49 dari jumlah penduduk 279 juta jiwa. Padahal, Singapura malah duduk diurutan tercerdas ketiga di dunia.

Untuk kecerdasan ini, 10 besar negara tercerdas di dunia tahun 2022 adalah:
1. Jepang. Rerata IQ: 106,48. Jumlah penduduk: 125 juta jiwa.
2. Taiwan. Rerata IQ: 106,47. Jumlah penduduk: 23 juta jiwa.
3. Singapura. Rerata IQ: 105,89. Jumlah penduduk: 5 juta jiwa.
4. Hongkong. Rerata IQ: 105,37. Jumlah penduduk: 7 juta jiwa.
5. China. Rerata IQ: 104,1. Jumlah penduduk: 1 miliar jiwa.
6. Korea Selatan. Rerata IQ: 102,35. Jumlah penduduk: 51 juta jiwa.
7. Belarus. Rerata IQ: 101,6. Jumlah penduduk: 9 juta jiwa.
8. Finlandia. Rerata IQ: 101,2. Jumlah penduduk: 5 juta jiwa.
9. Liechtenstein. Rerata IQ: 101,07. Jumlah penduduk: 38 ribu jiwa.
10. Belanda. Rerata IQ: 100,74. Jumlah penduduk: 17 juta jiwa.

Selain itu, juga ada rapor 10 Negara tercerdas di dunia yang diukur oleh Program for International Student Assessment (PISA). Berdasarkan
studi terakhir 2018 yang dilakukan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menerbitkan hasil Program for International Student Assessment (PISA) tiga tahunan.

Studi ini membandingkan nilai tes membaca, matematika, dan sains dengan responden lebih dari 600 ribu siswa dari 79 negara. Mirisnya lagi, Indonesia hanya mendapatkan skor membaca 371 dari 487. Skor matematika 379 dari 487, dan skor sains 389 dari 489.

Negara yang duduk di 10 besar adalah
1. China.
Skor PISA: 555, 591, 590.
2. Singapura.
Skor PISA: 549, 569, 551.
3. Makau (China).
Skor PISA: 525, 558, 544.
4. Hong Kong (China).
Skor PISA: 524, 551, 517.
5. Estonia.
Skor PISA: 523, 523, 530.
6. Kanada.
Skor PISA: 520, 512, 518.
7. Finlandia.
Skor PISA: 520, 507, 522.
8. Irlandia.
Skor PISA: 518, 500, 496.
9. Korea.
Skor PISA: 514, 526, 519.
10. Polandia.
Skor PISA: 512, 516, 511.

Selain itu, juga ada 10 negara tercerdas di dunia dengan Intelligence Capital Index (ICI). Studi yang terakhir dilakukan pada 2017, mengukur tingkat kecerdasan berdasarkan negara yang paling mungkin memanfaatkan kecerdasan warganya.

Kecerdasan kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pengetahuan dan mengenalkan teknologi dan inovasi seperti big data, cloud computing, artificial intelligence, dan lainnya. Lagi-lagi, Singapura pun ada di 10 besar dunia. Berikut posisi 10 besar dunia itu.
1. Amerika Serikat.
Skor yang diraih: 74.88 (A+).
2. Inggris.
Skor yang diraih: 64.19 (A).
3. Jerman.
Skor yang diraih: 64.18 (A).
4. Australia.
Skor yang diraih: 63.96 (A).
5. Singapura.
Skor yang diraih: 63.60 (A).
6. Swedia.
Skor yang diraih: 61.58 (A).
7. Swiss.
Skor yang diraih: 61.57 (A).
8. Kanada.
Skor yang diraih: 61.15 (A).
9. Finlandia.
Skor yang diraih: 60.45 (A).
10. Denmark.
Skor yang diraih: 60.25 (A).

Kira-kira bagaimana Kurikulum Pendidikan di negara-negara cerdas tersebut? Bagaimana kompetensi para gurunya dalam mendidik dan mengajar?

Mengapa pendidikan dan kecerdasan Indonesia terus terpuruk, tercecer? Masalahnya, sudah diketahui, sudah diidentifikasi. Tetapi mengapa hasilnya selalu tercecer. Bahkan untuk ukuran kecerdasan yang laporannya diterbitkan oleh World Population Review, dari hasil penilaian Lynn 2019 dan dilaporkan pada 2022?

Saya pikir, masalah kecerdasan ini wajib ditangani secara prioritas. Sebab, bagi negara lain, hal ini pun adalah prioritas yang menjadi cermin untuk kedudukan negara mereka di mata dunia, khususnya dalam masalah kecerdasan, umumnya masalah pendidikan.

Apakah Tim Bayangan Nadiem atau program Kemendikbudristek akan menjangkau pada perubahan hasil kecerdasan anak/warga Indonesia? Bagaimana mengobati, sebab masalah kecerdasan ibaratnya terus sakit dan apa obatnya? Semoga, ya. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun