Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola

Jersey Tanding Home-Away Dididik di Kompetisi Sepak Bola Akar Rumput

28 September 2022   10:30 Diperbarui: 28 September 2022   15:53 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Persoalan jersey tanding, sangat sering terjadi, tim home tidak mau berkompromi, tidak mau diajak kerjasama saling memudahkan, tidak mau rendah hati, tetapi malah membikin sulit dan kesusahan tim yang disebut sebagai away (tandang). 

Mereka saya sebut sebagai oknum yang tidak pantas ada di sepak bola akar rumput, menciderai sumbangsih sepak bola akar rumput dalam pengembangan kecerdasan TIPS, kognisi, afektif, dan psikomotor anak. 

(Supartono JW.28092022) 

Peranan sepak bola akar rumput dalam mendidik dan mengembangkan daya kognisi, afektif, dan psikomotor anak, bila diindentifikasi terjadi di segala lini pondasi untuk kehidupan nyata, bukan hanya untuk sepak bola. 

Kali ini, saya akan membahas betapa luar biasanya, nilai-nilai kehidupan yang termaktub dalam peraturan menyoal penggunaan jersey/kostum tim dalam kompetisi sepak bola. 

Sebab, dalam kompetisi sepak bola anak-anak akar rumput Indonesia (usia dini dan muda), yang justru banyak dihelat oleh Operator Swasta, bukan PSSI, sejak dini, anak-anak sudah dididik disiplin dalam hal jersey. 

Mulai anak-anak usia 12 sampai usai 17 tahun, oleh Operator Kompetisi/Turnamen yang digelar pihak Swasta, sudah wajib disiplin dalam hal mengenakan jersey.yang tidak boleh sama dengan tim lawan, termasuk para pembina/pelatihnya di pinggir lapangan. 

Bahkan, peraturan atau manual kompetisinya juga tegas, menyebutkan bahwa tim away (tim tandang, yang disebut kedua), wajib menyesuaikan jersey timnya dengan tim home (tim kandang, yang disebut pertama). 

Untuk jersey ini, mulai kaos pemain, celana pemain, kaos kaki pemain, kaos kiper, celana kiper, kaos kaki kiper, di dalam tim tidak boleh sama, apalagi dengan tim lawan, termasuk rompi. 

Sebagai contoh: 

Tim Home:

Jersey pemain

Kaos: Putih 

Celana: Putih 

Kaos kaki: Putih 

Jersey kiper 

Kaos: Hitam 

Celana: Hitam 

Kaos kaki: Hitam 

Rompi: Orange 

Tim Away

Jersey pemain

Kaos: Merah 

Celana: Merah 

Kaos kaki: Merah 

Jersey kiper 

Kaos: Biru 

Celana: Biru 

Kaos kaki: Biru 

Rompi: Kuning 

Bila jersey kedua tim, home dan away seperti demikian, maka ofisial di pinggir lapangan, juga wajib mengenakan jersey selain warna putih dan merah. 

Sebab urusan jersey dalam kompetisi menjadi sangat vital, maka hampir semua wadah sepak bola akar rumput, kini sudah menyiapkan jersey bertanding, minimal 2 warna untuk home dan away, dan jersey kiper yang warnanya juga wajib berbeda dengan jersey pemain home-away.

Nilai-nilai dari urusan jersey ini? 

Di antaranya: 

1. Anak-anak akan semakin merasa memiliki tim yang menjadi wadah pengembangan sepak bola dan ilmu-ilmu menyoal kehidupan nyata dengan warna jersey kebanggaannya, yang menjadi cirinya. 

2. Anak-anak bangga dengan timnya, karena memiliki jersey yang menjadi lambang kebesaran timnya. 

3. Anak-anak akan menjaga jerseynya (baik milik sendiri/inventaris tim) sebab, jersey akan digunakan dalam waktu sepanjang kompetisi berlangsung, untuk tetap dalam kondisi baik. Apalagi, dalam kompetisi, jersey harus tetap sesuai nomor punggung. 

4. Anak-anak memahami bahwa berkompetisi yang benar, urusan jersey ada aturannya, tidak boleh sembarangan. 

5. Anak-anak menghargai peraturan, disiplin, yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.

Selain untuk anak-anak, nilai-nilai kehidupan dari persoalan jersey yang tidak boleh sama ini, juga menjadi sangat vital bagi para pembina, pelatih, dan manajer tim yang terlibat. Sebab, banyak kejadian tidak pantas, tidak etik tidak santun, justru dilakukan oleh para pembina, pelatih, manajer tim yang kedudukannya sebagai tim home (kandang/tuan rumah). 

Sangat sering terjadi, tim home tidak mau berkompromi, tidak mau diajak kerjasama saling memudahkan, tidak mau rendah hati, tetapi malah membikin sulit dan kesusahan tim yang disebut sebagai away (tandang).

 Menemukan fakta menyoal para pembina, pelatih, manajer yang tidak mau kompromi dan saling membantu dengan tim away, saya pastikan, para pembina, pelatih, dan manajer yang seperti demikian, tidak pantas berada di lingkungan sepak bola akar rumput, tempat pondasi pendidikan anak usia dini dan muda yang harus dimulai dari kerendahan para pembina, pelatih, dan manajer. 

Pembina, pelatih, dan manajer yang seperti demikian, malah saya sebut sebagai oknum-oknum yang merusak citra sepak bola akar rumput Indonesia, karena meneladani egoisme, individualisme, tidak mau bekerjasama, tidak peduli, mau menang sendiri, tidak simpati-empati, tidak rendah hati, tidak membumi.

Oknum-oknum tersebut, jelas tidak lulus pedagogi, tetapi ada di lingkungan sepak bola akar rumput. Oknum-oknum tersebut, pun miskin atau rendah kognisi, rendah afektif, rendah psikomotor, yang selama ini saya banggakan sebagai sumbangsih sepak bola akar rumput untuk anak Indonesia, sebab Sekolah Formal masih gagal, mendidik hal tersebut. 

Harus disadari, wadah sepak bola akar rumput, SSB dan sejenisnya bukan Klub yang kaya. Biaya operasional dll dari wadah tersebut dari sponsor/donasi orangtua. Jadi, oknum-oknum yang pikiran.dan hatinya seperti batu dalam hal kompromi masalah jersey, sangat menciderai keberadaan sepak bola akar rumput sebagai pondasi terbentuknya teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS) anak-anak untuk sepak bola dan kehidupan nyata. 

Masih banyak nilai-nilai kehidupan dari persoalan jersey tanding yang harus menggunakan warna berbeda, meski tujuan utamanya adalah agar tidak menimbulkan kekacauan di lapangan. Baik pemain, wasit dan penonton akan kesulitan mengidentifikasi apa yang terjadi di lapangan. 

Pembina, pelatih, manajer kaya hati-pikiran

Menyoal jersey dalam kompetisi sepak bola akar rumput, maka jangan ada oknum pembina, pelatih, dan manajer yang miskin hati dan pikiran. Miskin hati artinya, bisa bermental egois, individualis, mau menang sendiri, tidak peduli, tidak mau membantu kesulitan orang lain, membuat masalah, dll. 

Semua itu terjadi, karena pikiran/otaknya kotor, tidak cerdas, malah licik. Kompetesi sepak bola akar rumput, wadah pendidikan untuk TIPS, kognisi, afektif, psikomotor, yang ujungnya membentuk anak-anak berkarakter. Cerdas hati dan pikiran. Santun, peduli, tahu diri, rendah hati, membumi. 

Hingga pada saatnya, kompetisi sepak bola akar rumput dengan peraturan jerseynya, akan memberi pemahaman, mengapa tim-tim sepak bola di Indonesia dan manca negara sampai memperkenalkan tiga jersey. Mengapa ada tim home dan away. Mengapa warna jersey wajib berbeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun