Atas dua pernyataan tersebut, kira-kira mana yang benar dan mana yang salah? Meski dua pernyataan tersebut pastinya bukan hoaks, karena sebagai sebuah analisis berdasarkan fakta-fakta di lapangan yang diamati oleh Profesor Salim Said dan Rizal Ramli.
Jadi apakah Presiden Jokowi pemimpin boneka atau pemimpin berkuasa? Jawabnya yang pasti ada padi hati nurani Bapak Presiden Jokowi sendiri.
Yang pasti, bila kondisi negeri ini terus begini, hingga lahir deklarasi dari kelompok yang disebut oposisi di luar parlemen maupun pemerintah yang berniat mengingatkan agar NKRI kembali di pimpin sesuai amanah Pembukaan UUD 1945, pun bukan tambah menjadi baik.Â
Lahirnya deklarasi oposisi pun terus berbuntut panjang, sebab para oligarki ini bisa jadi merasa terancam dan dibuat menjadi tak nyaman dan akhirnya ikutan terpancing ke luar dari zona nyaman mereka.
Bayangkan, hanya dengan sekitar 100 orang saja, kerusuhan di Polsek Ciracas tak ada yang dapat mencegah, meski sementara sebab pemicu kerusuhan hanya dari sebuah informasi hoaks.Â
Lalu, bagaimana bila jutaan rakyat Indonesia marah karena merasa masih belum merdeka dan terus dijajah. Ketidakadilan dan kemiskinan terus mendera. Hukum pun hanya runcing ke bawah, karena semua sektor sudah dikuasai cukong. "Ngeri".
Apa pun yang kini terus terjadi di negeri ini, rakyat tidak tidur. Apalagi bila kedaulatan rakyat terus diselewengkan.
Semoga Bapak Jokowi bukan pemimpin boneka, juga bukan pemimpin berkuasa. Tetapi pemimpin Semar yang dapat menenangkan, mensejahterakan, dan menjadi panutan rakyat. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H