Kemudian, rutinitas mengikuti produksi pementasan teater juga semakin memengaruhi pikiran dan pemahan saya.terhadap semua bidang selain pendidikan dan sepak bola.
Untuk memerankan tokoh yang dipercayakan oleh sutradara, sebagai aktor saya juga harus mengasah daya pikir dan imajinasi saya untuk semua bidang kehidupan, politik, sosial, budaya, hukum, ekonomi, kemananan, hingga humaniora. Sebab, menjadi aktor teater waktunya juga bersamaan dengan pekerjaan tetap di bidang pendidikan dan merintis dalam sepak bola di tahun 1990an, maka meski saya spesialisnya ada di bidang pendidikan, sastra, bahasa, dan sepak bola karena ada ijazah dan sertiikatnya, namun bergelut menjadi aktor teater membuat saya sudah mendarah daging dengan masalah politik, hukum, sosial, budaya, ekonomi, humaniora dan lainnya.
Kebetulan, begitu zaman digitalisasi hadir, dan media online menjamur, maka saya coba tinggalkan zona nyaman  dunia jurnalistik saya sebagai pengamat pendidikan dan sosial dan pengamat sepak bola nasional.
Saya mulai menulis semua hal yang meresahkan, menggelisahkan, dan membahayakan NKRI di bidang politik, sosial, budaya, hukum dll dengan niat berbagi, tak sok tahu apalagi menggurui karena pada ujungnya, benang merahnya adalah menuju pada edukasi pembenahan karakter, budi pekerti, tata krama dan etika kehidupan berbangsa dan bernegara dengan akar pondasi bahasa dan pendidikan.
Itulah saya hingga saat ini. Sebab dunia pendidikan, bahasa, sastra; menjadi aktor teater; serta menggeluti sepak bola tetap konsisten tak satu pun saya tinggalkan, selalu saya tekuni, asah dan tingkatkan hingga semua pengalaman dapat saya bagi melalui tulisan.
Lebih dari itu, kini saya juga tak lagi idealis, tulisan/artikel saya harus ditayangkan di media apa. Terpenting bagi saya, pengalaman nyata dan alternatif solusinya  dalam berbagai artikel yang saya tulis dapat bermanfaat bagi diri saya sendiri, masyarakat, dan pemerintahan negeri ini.
Yang pasti, saya tetap setia pada pekerjaan utama saya di dunia pendidikan, bahasa, sastra. Terus menyalurkan hobi sebagai aktor teatar. Tak henti mengelola dan membina anak-anak usia dini dan muda dalam sepak bola. Dan, terus membagi pengalaman dan masukan dari ketiganya melalui goresan tangan hingga merambah bidang lain yang muaranya sama yaitu berlandaskan pendidikan, bahasa, dan sastra.
Jadi, Supartono JW itu, dalam artikel tetap sebagai pengamat pendidikan, sosial, bahasa, sastra, dan sepak bola. Saat menulis artikel di luar tema spesialis tersebut, adalah saat saya memposisikan diri sebagai aktor, jadi saya generalis.
Semua saya tekuni tidak semudah membalik telapak tangan. Tidak instan. Prosesnya panjang. Perlu disiplin dan konsisten. Itulah bidang saya sejak awal saya rintis hingga sekarang tetap mengabdi melalui pendidikan, bahasa, sastra, sepak bola, dan teater (panggung sandiwara) untuk bangsa dan negara ini. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H