Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tak Menanam Mau Memetik, Lho KONI Akan Gelar LSI?

11 Agustus 2020   13:00 Diperbarui: 11 Agustus 2020   13:14 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang harus lebih dipikirkan lebih cerdas lagi adalah, tugas siswa di sekolah adalah belajar yang benar. Selama ini, hasil pendidikan di Indonesia terus jeblok. 

Selama pandemi corona, bahkan Mas Nadiem sudah menjadi "bulan-bulanan" masyarakat atas program belajar PJJ atau tatap mukanya. Yang pasti, sekolah dan guru serta orang tua juga sedang dalam kondisi sangat prihatin atas pendidikan di Idonesia yang memiliki segudang masalah.

Lebih jauh lagi SMP dan SMA sederajat, bukan wadah pembinaan dan pelatihan sepak bola. Yang ada hanya sekadar ekskul yang tidak setiap sekolah mampu menyelenggarakannya sebagai kegiatan intrakurikuler bukan prioritas kegiatan akademik.

Bila LSI mau diputar yang regulasinya menyertakan semua satuan pendidikan SMP dan SMA sederajat, tanpa ada persiapan dan pembinaan yang signifikan di setiap sekolah, lalu akan kemana tujuan LSI yang mengemban percepatan sepak bola nasional.

Apa maksud LSI memang kegiatan instan yang tinggal numpang nama dan prestasi di atas susah payah dan hasil jerih payah pihak lain. Di setiap sekolah, seperti dalam LPI yang sudah lalu, sekolah dan gurunya juga hanya tinggal mengandalkan siswanya yang sudah menimba ilmu di SSB atau Akademi Sepak Bola. Selama ini, yang muncul masuk dalam tim pelajar daerah juga anak-anak yang sudah malang melintang di kompetisi SSB/Askot/Askab.

Karenanya selain, nanti setiap sekolah tinggal memakai jasa pemain yang sudah menjadi siswa SSB, LSI juga pasti akan ada benturan dan tarik-menarik siswa. 

Karena di saat bersamaan SSB butuh siswanya hadir latihan dan kompetisi, sementara, dalam kasus LPI yang terdahulu, siswa dan orangtua akan takut pada sekolah bila di saat dibutuhkan dalam waktu yang bersamaan memilih hadir ke SSB. Ada kasus guru yang "mengancam" siswa dan orangtua bila tidak membela sekolahnya. 

Apakah KONI Pusat paham atas semua ini? Bila paham, mengapa mau merecoki pembinaan dan kompetisi sepak bola usia muda di Indonesia yang tugas dan wewenananya jelas sudah ada yang mengurus. 

Jangan dijadikan alasan Inpres Nomor 3 tahun 2020, lalu KONI Pusat menjadi "sok jagoan" mau membuat sepak bola nasional cepat berprestasi! Masa tidak menanam mau memetik? Tanam dulu lah? Seharusnya atas rencana LSI, KONI pusat, malu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun