Bila mau bicara pelatih sepak bola, maka Satya Bagdja saya sebut sebagai acuan pelatih sepak bola nasional yang menguasai intelegensi, personaliti, teknik, dan speed pemain, karena terlahir dari wadah akademisi dan juga praktisi (pemain).
Karenanya, semua atlet/pemain sepak bola yang pernah merasakan didikan dan bimbingannya tentu akan sangat kehilangan.
Dia sangat mengerti apa yang diperlukan oleh atlet/pemain sepak bola baik laki-laki maupun perempuan. Maka, saat dipercaya sebagai pelatih Timnas perempuan Indonesia pun, almarhum sangat memahami psikologis pemainnya yang berbeda dengan atlet laki-laki.
Sikap konsisten dan terukur dalam kapan harus tegas, kapan harus mendekati pemain, sangat nampak dan selalu memberikan solusi terbaik dalam setiap masalah.
Sebelumnya, kabar sakitnya Coach Satia Bagdja Ijatna, Â dan kondisinya sedang dalam perwatan memang sudah diketahui baik oleh media massa maupun publik sepak bola nasional.
Namun, semalam, Â persis pukul 19.02, saya baca di grup wa Indonesia Junior Sooccer League (IJSL) informasi menyoal Coach Satia Bagja sebagai yang sedang kritis.
Informasi tersebut pun juga sama terjadi di grup wa SSB Indonesia. Sontak, semua anggota grup langsung memberikan ucapan doa untuk kesembuhan Coach Bagdja.
Namun, begitu pukul 21.04, ternyata ucapannya sudah berubah menjadi doa semoga khusnul khotimah.
Selamat jalan Coach Satia Bagdja Ijatna, Saya masih ingat, saat tahun 1987, pernah menerima instruksinya dalam seleksi tim sepak bola IKIP Jakarta (sekarang UNJ).
Saya bangga, atas semua kerja keras beliau, sebab beliaulah satu di antara akademisi dan praktisi pendidikan yang berhasil menembus masuk ke dalam PSSI sejak PSSI berdiri selain Rachmad Darmawan yang juga dari IKIP.
Jejak Satya pun diikuti oleh Nursaelan yang pernah satu program pekerjaan dengan saya di tahun 1994 di suatu tempat dan berhasil menembus ke dalam PSSI sebagai praktisi dan akademisi dan bertugas sebagai asisten pelatih Indra Sjafri.