Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Rakyat Diminta Disiplin Protokol Kesehatan, Siapa Teladannya?

2 Agustus 2020   21:01 Diperbarui: 2 Agustus 2020   20:48 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lucu, berharap masyarakat disiplin dalam berperilaku menjalankan protokol kesehatan, tapi pemerintah sendiri tidak pernah disipilin dalam menjalankan kebijakannya yang terlanjur dicap oleh masyarakat "mencla-mencle".

Bila berharap masyarakat disiplin, pemerintah juga harus disiplin dengan berbagai kebijakan dan peraturannya. Tunjukkan bahwa pemerintah memang tegas melakukan PAPC-19 di Indonesia yang terus merajalela.

Ini malah sembunyi di balik tangan, membiarakan masyarakat hidup normal untuk perekonomian yang terpuruk, lalu sektor formal dan informal yang memang cukup rawan menjadi klaster  baru malah sengaja dibuka, sebabnya pemerintah memang sejak awal tak serius memberikan bantuan kepada masyarakat. Terlebih, dana triliunan yang telah terpublikasi untuk PAPC-19, malah baru cair jauh dari presentasi yang diharapkan.

Jadi, berharap masyarakat disiplin menjalankan protokol kesehatan, pemerintah sendiri tak meneladani.

Lain Indonesia, lain Jerman. Bila, selama ini pemerintah Jerman telah konsisten dan disipilin dalam PAPC-19 di negaranya, rakyat Jerman yang berbeda dengan rakyat +62, saya kutip.dari Tribunnews.com, Minggu (2/8/2020), ribuan rakyat Jerman malah memprotes dan menolak aturan-aturan protokol kesehatan untuk PAPC-19. 

Di Indonesia mana ada rakyat protes? Sebab, memang tak ada yang perlu diprotes dari kebijakan dan peraturan pemerintah pusat yang tidak pernah konsisten. Bila ada masyarakat daerah yang protes, itupun karena tercium aroma, bahwa corona malah dijadikan sarana untuk beberapa pihak mencari "keuntungan".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun