Dari benteng bangunan ini kemudian menjadi istana yang diperluas hingga seperti sekarang ini. Arealnya seluas 60.600 meter persegi. Karena begitu luasnya dan banyaknya koleksi, pengunjung harus menentukan bagian yang akan dikunjungi.Â
Kalau pun mau melakukan the art of getting lost, Louvre adalah tempat yang tepat. Kemungkinan menemukan koleksi Mesir 2600 sebelum masehi, harta karun dari dinasti Islam, Yunani dan Romawi sangat besar.
Koleksi museum ini dibagi menjadi 8 bagian, yaitu bagian Mesir Kuno, benda purbakala dari Timur Dekat, Yunani, Etruskan, Romawi. Selain itu ada seni Islam, Patung, Seni Dekoratif, Seni Lukis dan juga Seni Gambar dan Cetakan. Setiap hari, turis dari banyak negara di dunia mengantri panjang untuk memasuki piramida kaca atau pintu lainnya untuk melihat koleksi-koleksi museum.
Beberapa koleksi utama adalah Venus de Milo, Nike of Samothrace, lukisan-lukisan Raphael, Michelangelo, dan tentu saja lukisan-lukiasan Leonardo da Vinci. Namun yang paling dicari oleh semua pengunjung adalah lukisan Monalisa yang terletak di lantai satu. Lukisan Monalisa ini dilindungi oleh kaca yang cukup tebal. Diberikan batas berupa pagar kayu agar lukisan ini terlindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan. Sebab pengunjung sangat ramai di ruangan itu. Saat saya mencoba mengambil foto Monalisa, rasanya sulit sekali mendapat momen yang tepat karena banyaknya pengunjung.
Sejarah Museum ini, dibangun oleh Raja Phillip II di akhir abad ke-12. Pada mulanya bangunan ini dimaksudkan sebagai benteng. Sisa-sisa benteng dapat dilihat di ruang bawah tanah museum. Pada tahun 1682, Raja Phillip XIV memutuskan bahwa keluarga kerajaan akan tinggal di Istana Versailles sebagai kediaman pribadi. Setelah itu, Raja memerintahkan supaya Istana Louvre digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benda koleksi kerajaan seperti patung.
Pada tahun 1692, di gedung ini ditempati oleh Acadmie des Inscriptions et Belles Lettres dan Acadmie Royale de Peinture et de Sculpture. Acadmie tetap di Louvre selama 100 tahun berikutnya. Selama Revolusi Perancis, Majelis Nasional Perancis menetapkan bahwa Louvre harus digunakan sebagai museum untuk menampilkan karya-karya bangsa.
Setelah Revolusi Perancis, Majelis Nasional Perancis akhirnya memutuskan agar Louvre digunakan untuk menyimpan karya-karya milik negara Perancis. Bangunan ini diperluas beberapa kali hingga membentuk Istana Louvre yang sekarang ini. Museum ini dibuka pada tanggal 10 Agustus 1793 dengan memamerkan 537 lukisan.
Saat menyusuri setiap ruang di Louvre, Mrs. A. tak pernah jauh dari saya. Dia juga bercerita, bahwa sepanjang menjadi pemandu wisata, cerita yang paling berkesan adalah saat memandu turis-turis dari Indonesia atau melihat polah tingkah turis Indonesia saat berada di Paris, baik masyarakat biasa maupun seleberitis. Katanya, dia lebih banyak melihat turis dari Indonesia yang maaf, 'norak'. Gayanya benar-benar menggelikan. Ringkasnya, Mrs. A. bilang, bagaimana sih tingkah polah Orang Kaya Baru (OKB), Itulah, sebagian besar dari turis Indonesia yang berkunjung ke Paris.
Meski berada di dalam Louvre lebih dari dua setengah jam, namun karena luas dan banyaknya koleksi yang kami jelajah, tanpa terasa, kami pun harus berpisah dengan Louvre dan segera menuju ke sungai Seine yang memang tidak jauh dari museum.
Mrs. A, pun menjelaskan lebih detil menyoal sungai Seine yang merupakan satu di antara sungai utama di Prancis bagian barat laut. Sungai ini merupakan salah satu jalur lalu lintas air komersial dan juga menjadi sebuah tujuan wisata, khususnya di dalam kota Paris.Â
Nama Seine sendiri berasal dari kata Sequanus dalam bahasa Latin. Membelah kota Paris menjadi dua bagian yang dalam bahasa Prancis disebut dengan istilah la rive droite ("tepi kanan") dan la rive gauche ("tepi kiri"). Yang dimaksud dengan tepi kanan adalah Paris Utara dan tepi kiri adalah Paris Selatan. Meski pada abad ke-19 akhir sampai awal abad ke-20 telah menjadi beban bagi pemerintah Kota Paris karena banjir, penyakit dan saluran limbah yang buruk.Â
Lihat Trip Selengkapnya