Selanjutnya kami pun bergese ke Coster Diamond yang persis berada di depan Rijk Museum dan IAmsterdam Sign. Di tempat ini kita bisa melihat berbagai macam tipe diamond, juga bisa melihat bagaimana diamond diolah dari raw material hingga dibentuk ke dalam perhiasan maupun mahkota kerajaan. Konon Coster diamond ini adalah penyuplai diamond untuk berbagai perhiasan dan mahkota kerajaan Belanda.
Karena kami rombongan maka, kami dibriefing ke dalam satu ruangan, dan diperlihatkan berbagai perhiasan diamond dari yang harganya menengah hingga yang paling mahal, terlebih bila diconvert ke dalam rupiah. Bukan hanya diamond, di sini juga menawarkan barang barang branded seperti jam tangan, aksesoris, serta tas wanita. Menariknya, bila kita membeli barang di atas EUR100, maka dapat mengklaim tax refund di tempat ini.
Sepanjang kami memasuki Kota Amsterdam, kami sudah terbiasa melihat masyarakat menggunakan sepeda, karenanya Amsterdam sangat dikenal oleh dunia sebagai Kota Sepeda.
Tua, muda, kaya, maupun kelas menengah, dan miskin, semuanya santai mengendarai sepeda. Yang saya lihat kebanyakan sepeda di sini modelnya  sepeda kota dengan keranjang di depan dan boncengan di belakang. Sangat jarang ditemui model sepeda gunung dan model lainnya. Amsterdem yang dihuni sekitar, 1 juta penduduk (2011), bisa disebut 60 persen aktivitas perjalanan menggunakan sepeda, entah ke sekolah, tempat kerja, toko, atau sekadar keliling kota. Sisanya memanfaatkan kendaraan yang umum seperti kereta, trem, dan bus.
Jarang saya melihat warga menggunakan taksi, apalagi mobil pribadi. Terlebih, kebanyakan jalan hanya  satu arah dan biaya parkir sangat mahal. Sebab itu, segala fasilitas yang terkait dengan sepeda saya perhatikan lengkap tersedia, mulai dari trek/jalan khusus pesepeda, tempat-tempat parkir sepeda (fietsenstalling), jalur dua arah, serta disediakannya tempat-tempat penyewaan sepeda yang tersebar di mana-mana. Khusus untuk trek sepeda, lebarnya bahkan bisa mencapai satu meter. Saya juga menjadi terbiasa melihat ratusan sepeda diparkir di pinggir-pinggir jalan, tempat-tempat parkir sepeda dan seliweran manusia bersepeda.
Sambil terus takjub melihat sepeda bahkan ada tempat parkir khusus sepeda yang bertingkat seperti di mal, kami pun bergeser ke Dam Square. Dam Square merupakan alun-alun yang berada di pusat kota Amsterdam. Warga sekitar biasa menyebutnya De Dam.Â
Banyak burung merpati yang terbang bebas dan mencari makan di jalan-jalan. Semua pengunjung dapat memberi makan dan berfoto dengan segerombolan burung-burung merpati tersebut.
Lebih menarik, saat itu juga sedang ada seniman jalanan yang mempertontonkan keahlian-keahlian yang mereka miliki disini. Ada yang main atraksi semacam sulap dan keahlian khusus, juga pengamen modern.
Sayang kami tak sempat masuk ke Istana Royal Palace of Amsterdam, yang merupakan tempat Ratu Belanda memerintah, Gereja Nieuwe Kerk dengan bangunan abad pertengahanya.Â
Namun kami justru memprioritaskan mengunjungi Museum Madame Tussands dekat Istana Kerajaan Amsterdam yang didirikan pada tahun 1970, merupakan bangungan Nyonya Tussauds pertama yang dibuka di daratan Eropa serta menjadi cabang asing pertama dari institusi Inggris.
Sesuai agenda, selepas pukul 15.00, kami pun beralih menuju Canals of Amsterdam. Kanal sangat terkenal dan dibangun pada abad ke-17, untuk mengontrol aliran sungai Amstel dan mengaliri lahan kering ke kota. Untuk berwisata menyusuri kanal air di sepanjang kota Amsterdam adalah dengan kapal motor.Â
Lihat Trip Selengkapnya