Karena itu, Volendam juga sebagai desa penghasil keju terbesar di Belanda sekaligus yang paling terkenal di dunia. Kincir Angin pun menjadi pemandangan yang menakjubkan.
Setelah cukup waktu mengakrabi Dam, panorama rumah pedesaan dan padang rumput dengan sapi-sapi yang gemuk, kami pun langsung menuju ke lokasi lain. Bus pus parkir di tempat yang sudah disediakan. Mulailah kami menjelah Volendam dengan berjalan kaki.
Memulai perjalanan, kami melintasi rumah-rumah  kuno khas Belanda berderet di sepanjang jalan. Dan, pusat desa wisata Volendam hanya terdiri dari 1 jalan. Pertokoan dan restoran berderet di sisi kanan dan kirinya. Rombongan masih terus berjalan hingga sampai ujung jalan yang diakhiri jalan akhir di tepi pelabuhan yang sangat bersih dan tertata rapih. Setelah itu, baru rombongan dipersilakan untuk sambil berbelanja souvenir.
Sebagai informasi, pada saat kami mendarat di Koln Jerman dan masuk ke pusat perbelanjaan di Roarmond, untuk berbelanja, sudah tidak lagi menggunakan mata uang Lira Turki  maupun Lev Bulgaria, namun sudah denganmata uang Euro. Nah, di sinilah perbedaannya, bila saat di Turki atau Bulgaria, sebotol air mineral harganya hanya 1 Lira/Lev yang sama dengan Rp 7.000, di Jerman ini, 1 botol mineral yang sama, ada yang menjual dengan harga 2 Eura bahkan ada yang 2,5 Euro (1 Euro=Rp 13.000). Jadi, begitu kami sampai di negeri Uni Eropa, maka semua harga akan berlipat-lipat harganya.
Pun saat kini kami berada di Volendam, ketika membeli souvenir berbagai bentuk, harganya sudah di mulai dari 1 Eura sampai sekian Euro. Dan, ini akan terjadi sepangang kami berada di perjalanan Eropa, sebelum kembali ke Turki. Jadi, dapat dibayangkan berapa Euro yang harus ada di kantong kami.
Setelah berjalan kaki menyusuri setiap jengkal Volendam, kini giliran kami berkesempatan berfoto di studio (Foto de Boer) menggunakan kostum tradisional Belanda lengkap dengan sepatu kayu. Berfoto menggunakan kostum tradisional Belanda seolah menjadi wajib, bila kita mengunjungi Velondam.
Setelah puas mengitari Volendam, kami pun bergeser ke De Simonehoeve. De Simonehoeve adalah  surga bagi  para pecinta keju karena di situ akan ditemukan berbagai macam keju dengan berbagai ukuran. Selain itu, berkunjung ke sana  juga akan mendapatkan kesempatan melihat bagaimana proses pembuatan keju dan sendal kayu (bakiak), sekaligus mencicipi olehan keju asli dan murni. Luar biasa.
Puas menyusuri Volendam, kini santap siang pun sudah tersedia di Mandarin Retaurant Amsterdam. Berbagai menu yang biasa kita santap di restauran chinese food Indonesia, terasa sangat akrab di lidah.
Selepas makan siang dan isa (istirahat-salat) wisata pun berlanjut di pusat Kota Amsterdam. Rombongan pun langsung menuju sebuah tempat yang menjadi landmark letter yang hampir sama seperti "Hollywood" di Amerika Serikat. Landmark letter nya bertuliskan "I Amsterdam",. Bedanya, di Amsterdam terdapat empat Landmark letter yang juga tersebar di empat titik di pusat kota Amsterdam, yaitu di Museum Rijkmuseum, Museum Square, Amsterdam Square, dan Bandara Schiphol Amsterdam.Selain itu juga terdapat satu landamark letter yang selalu berpindah-pindah tempat. Biasanya Landmark Letter yang satu ini ada di event-event besar maupun festival.
Mengingat begitu banyaknya destinasi wisata di Amsterdam, dan terbatasnya waktu kunjungan kami, maka kami tidak berlama-lama di seputar Rijks Museum yang terletak di pusat kota Amsterdam dan merupakan salah satu tempat favorit bagi wisatawan mancanegara saat berkunjung di Amsterdam.Â
Tempat ini merupakan sebuah museum yang menyimpan lebih dari 8000 koleksi seni. Termasuk karya Rembrandt dan Vermeer, salah satu seniman tersohor di Belanda. Bangunan gedung ini memiliki arsitektur bergaya Reinanse yang di bangun pada abad ke 19. Dirancang oleh Perre Cuypers, seorang arsitek terkenal Belanda pada masa itu, dimana beliau juga yang merancang Stasiun Pusat di Amsterdam.
Lihat Trip Selengkapnya