Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Misi Budaya di Benua Biru (8) 20 Juli, Menyusuri Veliko dan Tampil di Desa

23 Juli 2020   12:31 Diperbarui: 23 Juli 2020   12:41 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari kelima, sesuai jadwal, tim Indonesia malam ini harus tampil di sebuah desa di Veliko Tarnovo. Sesuai ukuran panggung dan gedung pertunjukkan yang sudah kami dapatkan informasinya dari panitia, tarian dan musik yang akan ditampilkan pun sudah disiapkan menyesuaikan keadaan.

Sebelum berangkat tim Indonesia memang telah menyiapkan lima jenis tarian dan musik, di antaranya: TARI  RAPA'I GELENG (Nanggroe Aceh Darussalam). Tarian ini mengekspresikan dinamisasi masyarakat yang ditampilkan dalam syair (lagu-lagu), kostum dan gerak tari Meuseukat.Fungsi dari tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat, dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam masyarakat sosial.

Rapai geleng pertama kali dikembangkan pada tahun 1965 di Pesisir Pantai Selatan.Saat itu Tarian Rapai Geleng di bawakan pada saat mengisi kekosongan waktu santri yang jenuh usai belajar.Tarian ini dijadikan sarana dakwah karena dapat membuat daya tarik penonton yang sangat banyak.

Jenis tarian ini dimaksudkan untuk laki-laki. Biasanya yang memainkan tarian ini ada 12 orang laki-laki yang sudah terlatih. Syair yang dibawakan adalah sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana hidup bermasyarakat, beragama dan solidaritas yang dijunjung tinggi.

TARI  GANDES  KIPAS  (Betawi / DKI Jakarta Raya). Karya tari Dewi Kondangsih di tahun 2009 dan berhasil mendapat Juara 1 Lomba Cipta Karya Tari Betawi Jakarta Selatan. Mengisahkan perkembangan anak-anak gadis yang mulai menginjak remaja. Ada keinginan unuk bersolek mempercantik diri bak seorang putri, menarik perhatian lawan jenis, tetapi tetap cekatan, terampil, dan cekatan. Gerak tari didasari dari gerak cokek yang diiringi musik gambang kromong dengan permainan tehiyan yang menonjol.

TARI PIRING (Minangkabau, Sumatera Barat). Merupakan sebuah seni tarian milik orang Minagnkabau yang masih diamalkan penduduk Negeri Sembilan keturunan Minangkabau. Tarian ini memiliki gerakan yang menyerupai gerakan para petani bercocok tanam, menuai dan sebagainya. Tarian ini juga melambangkan rasa gembira dan syukur dengan hasil tanaman mereka.Tarian ini merupakan tarian gerak cepat dengan para penari memegang piring di tapak tangan mereka, diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong dan saluang.

TARI  ZAPIN  LENGGANG  KIPAS (Kep. Riau). Kaki menghentak tangan melenggang, kipas direntang dara bergoyang.Tarian ini diciptakan oleh Siti Suryani tahun 2006 dan mendapat Juara 1 Tari Melayu Tingkat Nasional.Karya tari ini bersumber dari gerak Zapin Riau dengan Penata Musik oleh Armen Suwandhi.

TARI  ENGGANG. Dalam budaya Kalimantan, burung enggang atau rangkong (tingan) merupakan simbol "Alam Atas" yaitu alam kedewataan yang bersifat "maskulin". Di Pulau Kalimantan, burung enggang sakti dipakai sebagai lambang daerah atau simbol organisasi seperti di lambang Sarawak negeri , lambang provinsi Kalimatan Tengah, simbol Universitas Lambung Mangkurat dan sebagainya. Tari Enggang Terbang (Kancet Tebengang Madang ), berasal dari Suku Dayak Kenyah yang menggambarkan perpindahan mereka dari Apau Kayan secara menyebar keseluruh wilayah di Kalimantan Timur, demi mencari kehidupan. yang lebih baik.

Mengingat penampilan akan kembali dilakukan pada malam hari, maka seusai sarapan pagi hingga siang hari, tim Indonesia kali ini berkesempatan berkeliling menyusuri Kota Veliko Tarnovo yang berbukit khususnya singgah ke toko-toko penjual souvenir khas Veliko. Uniknya, toko-toko ini ada dibukit-bukit dan menyatu dengan rumah-rumah penduduk. Kami semua menyusuri dengan naik turun jalan dan naik turun anak tangga.

Berbagai produk khas kota Veliko dapat didapatkan di sini, pun dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan di Pasar tradisinonil Istanbul. Semua harga bandrolnya berapa Lev, berapa sen. Sementara 1 Lev sama dengan Rp7.000. Jadi, membeli oleh-oleh baik dari Istanbul maupun Veliko Tarnovo masih tergolong murah, meski 1 botol mineral di Indonesia saat itu hanya Rp2.500/3.000, namun baik di Istanbul maupun Veliko sama-sama 1 Lev atau 1 Lira.

Meski tidak terjangkau semua lokasi, namun setidaknya, kami semua sudah mendapatkan gambaran tentang Veliko Tarnovo yang semakin lengkap, pun hari ini kopor kami sudah bertambah beban karena souvenir dari kota ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun