Karena takut kehilangan yang bukan milik, maka meski setiap manusia wajah mukanya tetap di tempat, tetap saja banyak yang "mencari muka".
Manusia-manusia macam begini tahu bila masyarakat menyoroti setiap gerak dan langkahnya, tapi mereka asyik-masyuk saja, tanpa ada beban dan malu, karena jalan takdirnya bukan pemilik semesta yang menentukan, tapi tangan mereka sendiri, dan itulah pikiran mereka.
Jadi, meski dalam menyepi sehari coba tak peduli, tetap saja ganjalan pikiran tentang manusia-manusia di negeri ini yang terus melanggengkan budaya dan tradisi "takut kehilangan yang bukan milik".
Yang bukan miliknya saja, takut kehilangan. Apalagi kalau miliknya? Yah, meski sehari coba menyepi dan menepi, tetap saja gelisah itu ada saat saya berpikir akan manusia-manusia yang takut kehilangan yang bukan milik. Yah, inilah negeri yang dipenuhi oleh manusia-manusia yang takut kehilangan bukan miliknya.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H