Tanggal 15 Juli 2011 pagi, sembilan tahun yang lalu, saya dan rombongan Tim Misi Budaya Indonesia (TMBI) masih berkesempatan bercengkerama dengan Dubes, beserta keluarga besar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), menikmati sarapan pagi di tengah udara yang sejuk di kota Sofia, Bulgaria.
Kendati sudah di Eropa, namun kami merasakan bahwa perbedaan cuaca pada saat itu masih belum signifikan berbeda, bahkan situasi cuaca dan hawanya masih sembelas-duabelas dengan kondisi di Jakarta.
Saat kami bertolak dari Istanbul Airport pada 14 Juli sekitar pukul 16.00 waktu setempat, pesawat yang menerbangkan  kami hanya butuh waktu sekitar satu jam hingga sampai mendarat di Sofia Airport, Bulgaria, sebab jarak tempuhnya hanya 592 an km, sehingga pukul 17.10, kami sudah ada di negeri tujuan.
Namun, ada hal yang buat saya unik. Belum lagi kita sampai tempat tujuan utama berfestival, saya dan rombongan malah sudah menambah beban bawaan di kopor kami masing-masing. Pasalnya, saat kami diberikan kebebasan waktu menyusuri pasar tradisonal (Grand Bazaar) di Istanbul Turki, tak ada satu pun dari rombongan yang tak membeli souvenir maupun cindera mata khas Istanbul.
Memang, setelah usai acara festival, lalu menyinggahi negara-negara lain di daratan Eropa, kami juga akan kembali lagi ke Istanbul Airport sebelum kembali ke Indonesia via Changi Airport dan tiba kembali di Bandara Soetta pada 2 Agustus 2011.
Meski kami sudah menyiapkan uang Euro secukupnya sebagai pegangan selama di Eropa, ternyata meski Turki juga bagian dari Eropa, namun berbelanja di Turki masih menggunakan mata uang asli Turki yaitu Lira, yang jatuhnya memang lebih murah dibanding Euro. Dan, ternyata, Bulgaria pun sama, lebih banyak menggunakan mata uang negaranya yaitu Lev. Asyiknya 1 Lira dan 1 Liv adalah sama-sama Rp7.000, sementara 1 Euro=Rp13.000 (saat 2011). Jadi, setiap kami membeli 1 botol air mineral, rata-rata harganya pun 1 Lira/1Lev.
Kami datang ke Bulgaria dalam rangka sebagai perwakilan dari Indonesai untuk mengikuti undangan kegiatan Festival Budaya bernama "International Folklore Festival Veliko Tarnovo" (IFFVT), Bulgaria", pada 16 -- 23 Juli 2011, maka kewajiban kami adalah hadir, singgah dan bercengkerama dengan Dubes dan keluarga besar KBRI Bulgaria yang secara teknis dan non teknis akan mendukung keberadaan kami di Bulgaria selama kurang lebih delapan hari.
Adalah Cioff  (International Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts) atau Dewan Internasional Organisasi Festival Rakyat dan Seni Rakyat, yang memberikan kesempatan kami menjadi wakil Indonesia. Cioff adalah organisasi nonpemerintah internasional dalam Kemitraan Resmi dengan UNESCO dan diakreditasi untuk memberikan layanan konsultasi kepada Komite Konvensi UNESCO untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda. Sementara bila berbicara menyoal folklore, maka di dalamnya adalah kegiatan yang meliputi legenda, musik, sejarah lisan, pepatah, lelucon, takhayul, dongeng, dan kebiasaan yang menjadi tradisi dalam suatu budaya, subkultur, atau kelompok. Folklor juga merupakan serangkaian praktik yang menjadi sarana penyebaran berbagai tradisi budaya.